Tuesday, February 18, 2014

Intermezo

affection, board, broken
Broken Heart. from Pexels.com


Ini sekedar intermezo saja. Seorang teman Saya cerita, sebut saja namanya Jaka, 30th, Australian, Engineering. Oke, ga ada bule namanya Jaka, ini cuma istilah. Dia cerita tentang akhir cerita cinta dengan mantan pacarnya. Jadi Jaka bertemu dengan Rini (bukan nama sebenarnya) beberapa tahun yang lalu. Saat ini profesi Rini sebagai Ladies Company (Lc) di salah satu tempat karaoke di Jakarta. Singkat cerita, mereka memutuskan untuk berpacaran. Jaka meminta Rini untuk berhenti dari tempat dia bekerja saat itu jika ingin serius dengannya. Rini pun menurutinya. Sebagai gantinya Jaka mendaftarkan dan membiayai kuliah Rini. Tentu saja dengan uang jajan bulanan. Sampai Rini lulus lalu mendapatkan pekerjaan. Tetapi karena gaji fresh graduate tidak seberapa, Jaka tidak keberatan untuk mensupport Rini secara financial. 

Beberapa tahun mereka pacaran, tentu saja kehidupan Rini terlihat menyenangkan. Dia dan Jaka sudah traveling hampir separuh belahan dunia. Keduanya pun sudah kenal dengan keluarga pasangannya. Tetapi setelah berjalan beberapa tahun, Jaka malah memutuskan hubungan dengan Rini. Tentu saja Rini sangat sedih, kita yang membaca ini pasti juga ikut kesal. Maunya apa sih nih si Jaka?

Saya penasaran sekali. Saya tanya Jaka, "Apa ada orang ketiga?". Tidak. Jaka hanya mengaku bosan. Oke, ada yang tidak beres disini. Lalu Saya lontarkan pertanyaan lagi. "Kamu bosan karena dia terlalu nurut?". Bisa jadi, kata Jaka. "Wajar saja dia menurut sekali. Kamu sudah memberikan banyak hal seakan-akan dia cinta matimu", Saya menambahkan. Pokoknya Jaka ini tidak bisa memberikan alasan kenapa dia bosan dan mendepak Rini. 

Lalu Saya mengambil kesimpulan, sebagai eksekutif muda dengan karir bagus, Jaka butuh pedamping yang setara dalam pemikiran, bisa jadi Rini tidak bisa memberikan itu. Dan naluri laki-laki itu berburu. Jika kita hanya diam ditempat, tentu saja lama-lama dia jenuh. Kita terlalu fokus sama dia, dan melupakan kehidupan sendiri. Kita punya teman, punya mimpi. Ini yang sering terjadi. Satu lagi, Jaka terlalu pegang kontrol. Dia yang memberikan apa yang Rini butuhkan dan mau padahal mereka belum menikah. Memang punya pacar royal itu anugrah. Tapi kita harus menunjukan harga diri kita sebagai wanita. Dalam hubungan itu kedua belah pihak harus pegang kendali, bukan hanya satu pihak saja. Sering kali kita berpikir laki-laki itu brengsek, padahal mungkin saja kita sendiri yang lupa intropeksi diri. Ada sebab ada akibat.


No comments:

Post a Comment