Monday, October 26, 2015

Jalur Rempah

Jalur Rempah ditemukan oleh para pelaut Eropa. Mereka berlayar jauh ke arah timur. Awalnya perjalanan ini dimulai saat mereka percaya bahwa bumi itu lurus. Dan ternyata apa yang mereka yakini itu salah. Mereka sepakat bahwa bumi itu bulat. Dalam perjalanan itulah mereka berakhir di Kepulauan Indonesia. Dan mereka menemukan harta karun ditimur bumi. Yaitu rempah-rempah.


Sejak saat itu mereka menjadi pedagang rempah-rempah. Karena rempah-rempah pula setengah dari benua Eropa menjadi bangsa yang maju. Kemegahan kerajaan-kerajaan di Eropa diperoleh berkat rempah-rempah. Mengapa rempah-rempah sangat mahal? Karena rempah-rempah memiliki berjuta khasiat untuk kesehatan.


Lalu muncul pemikiran bagaimana untuk menyembunyikan peta harta karun ini? Mereka membuat Jalur Sutera. Tak seperti Jalur Rempah yang dilalui melalui laut, Jalur Sutera merupakan jalur darat dan berakhir di dataran Cina. Disana terkenal sutera dan keramik sebagai komoditi. Padahal rempah-rempah lebih mahal dari sutera dan keramik. Hingga sampai saat ini kita lebih mengenal Jalur Sutera daripada Jalur Rempah.


Weekend lalu Saya berkunjung ke pameran Jalur Rempah di Museum Gajah bersama Mbak Ella. Saya takjub dengan pameran ini. Sangat bagus dan artistik. Disana kita mendapat pengetahuan lebih dari apa yang kita dapat dari pelajaran sejarah saat sekolah dulu. Hari itu kita langsung di guide oleh Mas Gerry, salah satu kreator pameran ini. Kita diajak ke Time Capsule . Pertama-tama kita disuguhi sebuah video berdurasi 3 menit tentang sejarah rempah-rempah di Indonesia. Ruangan pertama ini disponsori oleh Layaria. Setelah itu kita masuk ke Ruang Kerajaan. Pertama kali kita dikenalkan oleh pohon barus. Atau yang kita kenal kamper. Barus adalah nama tempat di Sumatra Utara. Pohon Barus banyak tumbuh disana. Zaman dulu Barus banyak dicari oleh orang Mesir untuk membuat mumi. Barus harganya sangat mahal. Karena butuh waktu 60 tahun untuk pohon barus menghasilkan barus dan maksimal hanya 2-3kilo. Dan sekali ditebang, pohon barus tak bisa tumbuh lagi. Dan tak semua pohon barus bisa menghasilkan barus. Jadi barus yang selama ini kita pakai hanyalah dari minyak tanah.


Lalu kita akan memasuki Ruang Sriwijaya. Di ruang ini tak banyak yang bisa diceritakan. Karena kurangnya bukti-bukti sejarah. Hilangnya Kerajaan Sriwijaya pun tak jelas karena apa.




Bergeser sedikit kita akan masuk ke Ruang Majapahit. Majapahit merupakan kerajaan yang sangat maju. Dimasa itulah pertama kali dibuat sistem perbankan. Saat itu masyarakat menggunakan celengan babi (Piggy Bank) untuk menabung. Dan karena sistem perbankan tersebut, Majapahit mampu membuat Real Estate.




Kita bergerak lagi ke Ruang Kerajaan Sunda. Dimasa ini adalah masa-masa kejayaan perdagangan. Kerajaan Sunda pertama kali dibuat sistem Supermarket. Dimana setiap pembeli mengambil sendiri barang-barang yang akan dibeli lalu membayarnya di kasir. Supermarket berbeda dengan pasar. Di pasar interaksi antara penjual dan pembeli dilakukan secara langsung. Saya juga melihat mahkota dan keris raja-raja. Ternyata jika dilihat dari batu permata dan designnya, mahkota raja-raja di Indonesia sama seperti mahkota raja-raja di Eropa.


Setelah itu kita diajak memasuki Ruang Hitam. Kenapa disebut Ruang Hitam? Karena dimasa itu terjadilah penjajahan bangsa Eropa terhadap Indonesia. Mereka tak lagi berdagang, tapi juga mengeksploitasi sumber daya Indonesia. Mereka ingin menguasai Indonesia. Di Ruang Hitam kita juga disuguhi footage-footage dimasa penjajahan.


Tibalah di Ruang Harapan. Ruang Harapan ini berwarna putih. Ruang ini menunjukan harapan-harapan Bangsa Indonesia setelah kemerdekaan dikumandangkan.



Sebenarnya di pameran Jalur Rempah ada beberapa Talkshow yang menarik. Tapi Saya tak bisa mengikuti talkshow karena sudah punya rencana lain. Dari kunjungan ini sekali lagi kita disadarkan, betapa kaya dan hebatnya Indonesia sehingga semua orang ingin memilikinya. Ada satu hal lagi yang membuat Saya tercengan. Ternyata bahan baku dasar minuman Cola itu berasal dari kulit biji pala. Dan Pala ini tumbuh di Indonesia. Bisa dibayangkan jika kita berhenti menanam pala. Tugas kita ini adalah melestarikan segala sumber daya yang sudah kita miliki. Jika tanah kita bisa memakmurkan bangsa lain, mengapa kita belum bisa memakmurkan bangsa sendiri?

No comments:

Post a Comment