Monday, May 2, 2016

Ajaran Dari Mama Sebagai Bekal Kehidupan

Keluarga Kami, plus Kakak sepupu Saya

Mama Saya meninggal waktu Saya berusia 8 tahun. Usia Mama waktu itu juga masih muda, yaitu 32 tahun. Saya anak tunggal. Tentunya bisa dibayangkan bagaimana sepinya hidup Saya setelah Mama pergi. Tapi Saya tidak larut dalam kesedihan. Saya menjalani hari-hari Saya dengan normal. Saya mengeksplor banyak hal. Saya mempelajari semuanya seorang diri karena Papa sudah punya kehidupan baru dengan istri barunya. Satu keyakinan yang Saya pegang setelah Mama meninggal, “Jiwanya hanya meninggalkan raga dan jiwa itu tak akan pernah mati. Jadi kenapa kita yang masih hidup harus meratapi kematian seseorang? Cinta dan kasih sayang akan terus ada didalam relung hati”.

 

Memang sepertinya Tuhan sudah menggariskan nasib Saya dan Mama. Mama sepertinya tahu dia tak akan bisa melihat Saya tumbuh besar. Setelah dewasa Saya sadar, banyak sekali nasihat-nasihat Mama yang sebenarnya lebih cocok diberikan untuk anak yang usianya lebih besar, bukan usia anak-anak seperti Saya dulu. Secara tak sadar, Mama sudah menyiapkan Saya untuk bisa bertahan hidup seorang diri. Tak hanya sekedar nasihat, tapi juga perilaku yang patut dicontoh dari Mama Saya. Mama Saya itu bukanlah wanita karir yang memiliki sederet gelar. Dia hanya lulusan SMP, itupun Saya tidak yakin kalau dia gemilang saat sekolahnya dulu, karena seingat Saya dia jarang sekali menceritakan masa-masa sekolahnya dulu.

Ada 3 point penting ajaran dari Mama yang Saya ingat sampai detik ini:

1.      Jangan pernah memulai berbuat jahat

Mama itu orangnya ‘nrimo. Namanya kita hidup bersosialisasi, tak jarang ada beberapa orang yang menjelek-jelekkan Mama. Tapi Mama tak terlalu memperdulikan mereka. Mama memilih untuk tidak lagi sering berinteraksi dengan orang itu. Mama juga mengajari Saya bagaimana harus bergaul. Seringkali Saya diingatkan jika ada yang megajak berantem, lebih baik mengalah. Saat sudah sekolah, ada beberapa anak nakal. Saya bertanya kepada Mama kenapa mereka nakal? Mama menjawab, hal seperti itu tidak perlu diikuti, karena tidak baik, bikin sulit banyak orang.

2.      Disiplin

Waktu kecil Saya sudah terbiasa dengan jadwal-jadwal harian. Jam berapa harus bangun tidur, jam berapa harus mengerjakan PR, jam berapa harus makan. Tak hanya soal jadwal, tapi juga ketertiban. Misalnya kalau makan harus di meja makan, kalau habis main, masukan lagi mainan kedalam box. Memang terlihat remeh. Tapi ajaran ini sangat penting untuk dimasa depan. Ini mendidik kita untuk lebih punya manner dan organize. Dan disiplin adalah salah satu kunci untuk menjadi sukses.

3.      Jaga kebersihan diri dan rumah

Ini sifat yang paling melekat pada diri Mama. Bahkan keluarga besar Sayapun kagum dengan sifat Mama ini, tak jarang sering membandingkan Saya dan Mama. Dari dulu Mama orang yang pandai merawat diri. Cara dia berhias dan berpakaian selalu mendapat acungan jempol. Mungkin ini pula kenapa Papa jatuh hati pada Mama. Dirumahpun Mama jarang terlihat kucel, kecuali kalau dia sedang sakit. Sesekali dia suka dandan lengkap dan menata rambutnya walau hanya dirumah. Saya pernah bertanya, “Ma, ngapain dandan? Kan kita hari ini gak kemana-mana?”. Jawaban Mama, “Biar Papamu senang lihat Mama cantik. Kan capek habis kerja”. Ya, Mama Saya memberi contoh bagaimana menjadi seorang istri yang baik.
 

Kutipan dari buku Bumi Manusia

Soal kebersihan rumah, Mama ini juaranya. Dulu kita tak punya pembantu. Semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan sendiri. Tapi rumah kita yang tak besar itu selalu rapi dan bersih. Bahkan untuk keset pun, Mama bisa mencucinya dengan sangat bersih! Hal ini menurun ke Saya. Walau sibuk, Saya selalu menyempatkan untuk bersih-bersih tempat tinggal. Saya mau setiap pulang setelah seharian beraktifitas, Saya bisa beristirahat dengan nyaman tanpa harus terganggu dengan debu atau barang-barang yang tergeletak sembarangan.

 
Dengan mengingat ajaran-ajaran Mama, Saya tetap bisa merasakan kehadirannya dalam keseharian. Saya bersyukur Tuhan sudah memberikan Saya dan Mama quality time. Dan Saya bersyukur memiliki seorang Ibu yang sosoknya bisa 
mengisnpirasi Saya menjadi perempuan yang kuat dan hebat. Waktu kecil Saya adalah seorang anak manja. Hikmah dari ditinggalkan Mama saat masih kecil adalah Saya bisa tumbuh menjadi perempuan yang mandiri dan punya visi kehidupan yang jelas. Karena tak ada yang menuntun, Saya harus cari sendiri makna kehidupan dan mau menjadi seperti apa kelak dikemudian hari. Jika Saya tidak mengalami tempaan hidup, mungkin Saya tidak punya jati diri.Tuhan sudah menggantikan dengan yang lebih baik dari apa yang telah ia ambil kembali.

Untuk kalian para calon Ibu, jadilah sosok yang mengisnpirasi untuk keluarga kecilmu. Kita tak akan pernah tahu berapa lama kita bisa menemani mereka. Jadikan setiap detik adalah kesempatan untuk memberikan yang terbaik. Bekerja atau tidak, seorang ibu tetaplah seorang ibu, seorang istri tetaplah seorang istri. Tak ada yang lebih baik atau buruk. Karena kita tidak bisa menyamaratakan prinsip hidup seseorang. Bersyukurlah bagi kalian yang masih terus dihujani cinta kasih dari ibu. Berikan balas jasa kepada ibu kalian dengan menjadi pribadi yang positif.

Untuk membaca kisah inspiratif lainnya, kalian bisa buka Trivia.id . Ada 3 tulisan favorit Saya, yaitu:

Kita ini beruntung karena hidup di era digital. Karena kita bisa menyebarkan inspirasi dengan mudah. Gunakan media sosialmu dengan bijak agar lebih besar lagi manfaat yang didapat.

*Note: Semua foto ditulisan ini adalah karya Saya.
       

No comments:

Post a Comment