Thursday, June 30, 2016

Just A Reminder

Pagi ini saat bangun tidur dan menatap langit-langit kamar, Saya berpikir sejenak apa yang Saya bisa syukuri sepanjang hidup Saya.....

"Saya bangga bisa menghidupi diri sendiri"

Itulah pencapaian yang sudah Saya raih. Sejak usia 18 tahun, Saya bertanggung jawab atas diri Saya sendiri. Jika banyak anak muda pada umumnya mereka masih tinggal sama orang tua, Saya sudah bisa bayar sewa untuk tempat tinggal dan beli makan dengan hasil keringat Saya sendiri.

Saya bersyukur walau hanya lulus SMK, tapi punya pekerjaan dan hidup dilingkungan yang luar biasa. Bersyukur Saya tidak terjerumus dalam pergaulan yang bar-bar dan dipenuhi orang-orang yang tidak memikirkan masa depan.

Saya akan terus melangkah, sampai Tuhan yang menyuruh Saya berhenti. Karena Saya layak mendapatkan mimpi-mimpi besar Saya. I already in the right place with the right people. Tuhan sudah membentuk Saya sebagai pribadi yang kuat dan satu harapan Saya, semoga Tuhan memberikan pasangan hidup yang sepadan, yang bisa mendukung apapun yang Saya lakukan.

Thursday, June 16, 2016

The Conjuring 2, Drama Cinta Segitiga


Dear, Kokoh James Wan



Mungkin saat membaca tulisan ini, Kokoh  sedang asyik mandi uang di kamar. The Conjuring 2 berhasil menjadi film boxoffice. Disekuel kedua, Kokoh lebih fokus mengangkat romansa. Jika semua orang bilang The Conjuring 2 adalah film horor, bagi Saya ini adalah film drama cinta segitiga antara Valak, Ed dan Lorraine. Ditambah dengan camera movement yang melayang sangat indah, sudah dipastikan ini film tentang cinta-cintaan. Camera Movement ini menggambarkan perasaan Valak yang diam-diam jatuh cinta pada Ed Warren.


Kunci menarik perhatian penonton adalah memberikan keseruan di 10 menit pertama. Rasanya Kokoh James Wan sudah tahu tentang hal ini karena dijadikan kuncian di Hollywood sana. Tapi Kokoh berani tampil beda. Kokoh tak perlu berlama-lama, 5 menit pertama cukup untuk menghadirkan rasa penasaran penonton. Seakan kokoh berbicara pada penonton, “Nih.... treatment openingnya udah cantik dan tegang kan? Mau lanjut? Stay there....”.


Menurut gosip yang beredar dikalangan anak twitter bahwa Kokoh dulu kuliah di Binus, pasti pernah memiliki pengalaman dipalak sama anak punk Senayan. Palak itu artinya mengambil secara paksa. Hal ini mungkin mengisnpirasi Kokoh James Wan untuk memberi nama Palak untuk karakter iblis di The Conjuring 2. Tapi dirubah jadi Valak agar terdengar lebih Hollywood. Karakter iblis ini ingin mengambil paksa Ed dari Lorraine.


Valak ini emang rese banget. Waktu itu dia nimbrung nonton TV dan melihat Ed dan Lorraine sedang menjadi bintang tamu di talkshow. Valak jatuh cinta pada Ed. Dalam hatinya dia ingin Ed hidup bersamanya. Tapi bagaimana caranya? Ed tinggal di Amerika sedangkan Valak di Inggris. Dan ditahun 70an belum ada promo tiket murah. Akhirnya Valak menggunakan tubuh Janet untuk menarik perhatian Ed.  Janet kasihan banget. Masih kecil tapi kesurupan terus. Hal ini ga akan terjadi kalau saja Ed peka terhadap kode-kode yang dikirim Valak. Valak sudah hadir kedalam mimpi Ed. Tapi Ed sama sekali ga tergoda. Waktu Ed melukis wajah Valak, Valak udah girang banget. Kali aja kalau Ed melukis dirinya, Lorraine bakal cemburu dan meninggalkan Ed. Valak ga menyerah, persis seperti Ani-ani yang melabrak istri gadunnya, Valak berhasil meneror Lorraine waktu Lorraine sedang astral projection. Usaha keras Valak berhasil membawa Ed dan Lorraine untuk terbang ke Inggris.


Sesampainya di Inggris, Valak masih ga pede menampakkan wujud aslinya kepada The Warrens. Ini iblis udah rese, insecure pula. Ngebelin banget deh. Dia terus menggunakan Janet untuk berkomunikasi. Bahkan terang-terangan dia bilang mau menyakiti Lorraine. Lorraine ga peduli karena dia yakin Ed ga akan jatuh kepelukkan Valak. Lagipula Valak bukan tipe Ed banget. Dandanan Valak itu kalo pake bedak keputihan dan pake eyeshadow model mata rakun. Emang sih tahun 70an belum ada youtube jadi Valak ga bisa belajar tutorial makeup dari para beauty vlogger. Tapi kan dia bisa lihat referensi dari majalah atau TV gitu. Beda banget sama Lorraine yang manis dan anggun.


Walau The Conjuring 2 ini film drama cinta segitiga, tapi ketegangan yang Kokoh James Wan ciptakan sangat intense, berhasil bikin jantung cenat-cenut dan malamnya susah tidur. Mungkin kalau bukan Kokoh James Wan yang direct The Conjuring, hasilnya ga akan sebagus ini karena Kokoh menambahkan treatment horor Asia. Walau Kokoh sudah nge-direct Fast and Farious, di The Conjuring 2 Kokoh ingin bertutur secara Slow and Curious. Bagiku, The Conjuring 2 is just perfect.



Tuesday, June 14, 2016

Pijat Go Massage



Saya tipe cewek yang jarang banget ke salon kecuali potong rambut. Untuk perawatan seperti creambath, Saya hanya melakukannya sendiri dirumah dengan memakai hot oil treatment. Salon bukan tempat Saya untuk memanjakan diri. Tapi Saya suka banget dipijat. Paling tidak setiap 2 bulan sekali. Biasanya Saya pijat di spa punya teman Saya, House of Relax di Cipete. Selain harganya yang cukup murah untuk ukuran Jakarta Selatan, skill memijat para terapisnya tidak diragukan lagi. Karena ada juga spa yang pijitan terapisnya hanya terasa seperti diusap-usap -_-.

Minggu lalu Saya merasa badan ga enak dan pegal semua. Baru ingat ternyata Saya sudah lama ga pijat. Mau jalan kok males banget.... Rasanya cuma pengen selonjoran nonton tv. Beruntung banget kita hidup diera digital. Mau apa-apa tinggal gerakin jempol. Saya akhirnya mencoba order Go Massage via aplikasi Gojek. Memang awalnya ragu. Tapi rasa malas keluar rumah ga terkalahkan. Saya nothing to lose aja. Enak sukur ga enak ya ga usah coba lagi. Saya cek untuk harga 1 jam full body massage itu Rp 80.000,- . Saya coba deh satu jam dulu.

Waktu Saya order Go Massage, Saya terima notifikasi via email dan sms bahwa terapis akan menghubungi Saya langsung. Tak lama terapis menelpon Saya untuk konfirmasi. Jadi service Go Massage ini sedikit beda sama Gojek, GoSend atau GoFood, dimana kita bisa tahu siapa drivernya dan posisinya.

Satu jam kemudian, terapisnya datang. Saya lupa nanya namanya. Ini semacam blind date ya... Hihihi.... Bawaannya proper banget. Ada matras, ada handuk plus massage cream yang super duper enak wanginya. Tibalah saat-saat menegangkan.... Begitu tangan terapis mendarat dibadan Saya, Saya langsung bisa tahu kalau pijatannya pasti enak. Karena tekanan pertama adalah kunci, kita bisa tahu pijatannya bakal enak atau enggak. Hahaha. Kalau yang sudah biasa mijat pasti paham. Tanda kedua kalau terapisnya jago adalah dia akan tahu bagian tubuh kita yang perlu di 'benerin' tanpa perlu kita kasih tahu. Nah, si Mbak Terapis Go Massage ini punya 2 skill utama itu. Wah untung banget. Udah ga perlu keluar rumah, bisa pijat enak.

Saya sempat ngobrol sebentar sama si Mbak. Dia cerita dulu dia kerja di panti pijat keluarga. Lalu setelah punya anak, dia memilih resign dan fokus di Go Massage karena waktunya lebih fleksibel. Kalau soal pendapatan, katanya sih sama saja. Wah oke juga ya startup aplikasi macam begini. Bikin orang yang punya keterampilan bisa dapat job, pelanggan ga perlu pusing untuk mendapatkan service yang diinginkan. Everybody happy.

Next time Saya mau coba ah service massage yang lebih lama dengan Go Massage ✌ .


Monday, June 13, 2016

Its Ok To Have A Standard






Belakangan waktu Saya berpikir tentang perkembangan karir Saya. Mimpi Saya adalah menjadi salah satu orang yang berhasil dalam pencapaian karirnya. Saya ingin suatu hari bisa sejajar dengan Sofia Copolla, Amal Clooney dan wanita hebat lainnya. Saya mengevaluasi apa yang sudah Saya lakukan dan mengubah strategi untuk mendapatkan mimpi Saya. Beruntung Saya dikelilingi teman-teman yang duduk pada jajaran executive sehingga Saya bisa mendapatkan advice yang tepat sasaran.


Jadi Saya ingin berkarir di posisi management atau executive yang sesuai dengan background dan pengalaman Saya. Jika ingin melakukan sesuatu yang besar, Saya harus kerja bersama orang-orang bervisi sama dan dalam sistem yang benar. I set my standard already. Seperti yang kita tahu, bekerja di industri kreatif sistemnya masih belum sebaik jika kita bekerja di coorporate. Untungnya mulai banyak yang sadar akan pentingnya sistem agar pihak-pihak merasa lebih nyaman dalam melakukan kewajibannya.

Saya sempat menolak sebuah job karena merasa bayarannya tidak sepadan dengan pengalaman Saya dan Saya tidak melihat adanya perkembangan karir. Saya langsung dibilang sombong. Hehehe.... Well, to be honest, I work for living, bukan hanya sekedar untuk eksistensi. Saya memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Mulai dari bayar kontrakan, beli, sabun, makan hari-hari sampai berinvestasi untuk kehidupan Saya dikemudian hari. Saya punya standard berapa yang pantas Saya terima. Apa salah jika Saya menciptakan standard?


Setiap orang perlu membuat standardnya masing-masing. Karena itu adalah salah satu bentuk penghargaan untuk diri sendiri. Jangan buang waktu hanya karena kita merasa ga enakkan. Kita harus bikin diri kita berdaya dulu sebelum bisa membantu orang lain. Dengan menetapkan standard, kita tahu apa yang kita inginkan dan itu akan membuat kita lebih fokus untuk mendapatkan mimpi atau target. Personal standard ini adalah sebuah nilai ukur apa yang bisa kita terima dan yang tidak bisa kita terima.

Dan sebelum menetapkan standard, sebaiknya kita terus mengasah diri agar menjadi lebih baik setiap waktunya. Buat orang diluar sana melihat kualitas diri kamu. Kamu bukan hanya menuntut dipenuhi standardnya tapi apa yang bisa kamu berikan. Setiap orang sukses, mereka pasti memiliki standard yang harus dipenuhi.