Sunday, May 18, 2014

Europe On Screen 2014




Europe On Screen 2014 hadir pada tanggal 2-11 May 2014. Festival film yang menanyangkan film-film berkualitas dari Eropa sebanyak 71 film dari 28 negara Eropa. Kategori film-film tersebut adalah drama, dokumenter dan film anak-anak. Tidak hanya di Jakarta, Europe on Screen juga hadir di Aceh, Bali, Bandung, Makasar, Medan, Padang, Surabaya dan Yogyakarta.  Untuk di Jakarta lokasi pemutaran berada di Erasmus Huis, Goethe Institut, Institut Francais Indonesia, Istituto Italiano di Cultura, Universitas Tarumanegara, dan Taman Kodok.  Selain pemutaran film, Europe On Screen juga mengadakan forum terbuka dengan para fimmaker Eropa yang khusus di undang untuk menjadi pembicara. Seluruh pemutaran dan forum diskusi ini gratis.

Ada pula Short Film Competition yang diadakan oleh Europe On Screen.  Dari 152 pendaftar, dipilih 10 finalis.

Dihari terakhir festival Saya menyempatkan diri untuk datang. Saya tidak ingin melewatkan film-film bermutu yang beberapa menjadi watchlist Saya. Hari itu Saya ingin menonton Ernest and Celestine dan Wadja. Kedua film ini diputar di Goethe Institute. Saya datang pukul 11:00 langsung mengambil tiket untuk pemutaran Ernest and Celestine pukul 12:00.

Tepat pukul 12:00 pintu ruang pemutaran dibuka. Cukup banyak orang tua yang membawa anak-anak mereka menonton film ini. Baik WNI maupun WNA. Menandakan antusiasme masyarakat bagus sekali atas Europe On Screen.  Ernest and Celestine adalah film dari Prancis karya Stephane Aubier, Vincent Patar, dan Benyamin Renner. 


Film ini menjadi salah satu nominasi untuk The Best Animated Feature untuk Oscar 2014. Ernest and Celestine menceritakan tentang persahabatan seekor tikus yatim piatu bernama Celestine dengan seekor beruang penyair bernama Ernest. Untuk dapat tetap bersama mereka harus menghadapi tentangan dari kubu tikus dan kubu beruang yang menganggap mereka melanggar kodrat.  Ernest and Celestine adalah kartun 2 dimensi. Film ini sangat menghibur. Tingkah laku Ernest dan Celestine selalu mengundang tawa. Selain ini film ini juga meninggalkan pesan untuk anak-anak, bahwa dalam hidup kita harus saling tolong menolong seperti sifat Ernest dan Celestine.


Selesai dihibur oleh Ernest and Celestine, Saya segera antri untuk film selanjutanya, Wadja. 


Wadja adalah film Jerman karya sutradara wanita Haifaa Al-Mansour. Wadja seorang gadis kecil tomboy yang tinggal di pinggir kota Riyadh. Karena sifatnya ini sangat bertolak belakang dengan budaya arab yang mengharuskan seorang wanita berperilaku hati-hati dan harus bersikap layaknya wanita pada umumnya, Wadja sering dimarahi oleh guru-guru di sekolahnya. Wadja sangat ingin memiliki sepeda. Tetapi ibunya yang cantik jelita tidak mau membelikan lantaran ada larangan wanita mengendarai sepeda karena sepeda itu mainan laki-laki.
Haifaa Al-Mansour tidak fokus menceritakan konflik ini seperti layaknya film-film anak dari Timur Tengah, antara lain Children From Heaven dan The Kite Runner. Wadja lebih menerangkan tentang posisi wanita di Timur Tengah. Mereka harus  berpakaian tertutup, harus menjaga sikap dengan lawan jenis dan kita bisa melihat betapa puitisnya orang-orang Arab. Karakter favorit Saya lainnya adalah Ibunya Wadja. Dia begitu tegar dan suka cita walaupun suaminya sedang dijodohkan dengan orang tuanya karena di Arab dalam keluarga harus memiliki anak laki-laki. Ibunya Wadja tidak dapat punya anak lagi karena kelainan pada rahimnya saat mengandung Wadja.
Sepanjang film ini penonton dibuat tertawa. Tingkah laku Wadja yang tomboi dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang karena dia ingin membeli sepeda. Dialog-dialognya pun lucu. Wadja ini film yang bagus sekali.

Senang sekali bisa menonton film-film yang berkualitas dan menghibur. Europe On Screen pastinya menjadi salah satu festival film yang ditunggu. Antusiasme masyarakat begitu besar. Saat Saya hendak pulang, antrian untuk film-film selanjutanya masih terus berlangsung. Sampai bertemu lagi di Europe On Screen tahun depan.

Saturday, May 10, 2014

You Are What You Think

Close-up Photography of a Woman Wearing Formal Coat
Confident girl. Photo from Pexels.com



Weekend yang lalu Saya berkenalan dengan seorang gadis cantik bernama Juju. Dia ini sahabatnya sahabat Saya. Karena malam itu kita sedang celebrate kepindahan Timmy ke Abu Dhabi, sepulang dari Red Square kita semua nginep di apartement Timmy. Belum banyak interaksi sama Juju. Tapi dari perkenalan malam itu di Red Square, Juju ini orangnya open banget. Ramah. Secara penampilan dan fisik dia diatas rata-rata. Pokoknya bisa bikin cowok bertekuk lutut.

Sampai pada akhirnya Saya, Dilla dan Juju main ke rumah Dilla. Disana kita baru ngobrol banyak. Dari situ aku tahu Juju sudah mengaktifkan alam sadarnya bahwa dia orang yang menarik sehingga orang senang berteman dengan dia. Sebenarnya dia ga secantik Pevita. Tapi dia tahu kelebihan yang dia miliki untuk ditonjolkan. Karena kita penganut "Cewek yang ga suka cowok biasa aja" *siap-siap ditimpuk* jadi kita memang manitain diri kita sedimikian rupa :D. Luar dalam.

Lalu Juju cerita.
"Gue setiap pagi itu selalu merasa sexy kalo bangun tidur. Dengan rambut yang acak-acak, muka bantal. Dan gue mensyukuri banget tubuh gue. Gue tau body gue bukan body model Victoria Secret's model, tapi gue bersyukur tubuh gue ini asli bukan hasil permak sana-sini"

Lalu gue bilang, "Ju, bukan gue mau sok spiritual. Tapi itu lah kenapa elo gampang dapetin cowok-cowok yang lo mau. Jujur gue agak iri sih denger cerita lo deket sama si anu belum lagi guru bule ganteng yang semalam nyusul di Red Square. Tapi thanks banget, mungkin gue selama ini kurang mensyukuri diri gue jadi gue merasa gue lagi stuck".

"Gue sih percaya diri banget. Mungkin itu yang bikin aura gue bagus. Jadi cowok yang deketin pun ya.. Bukan yang sembarangan"

Saya setuju banget sama Juju. Saya pun tipe orang yang percaya diri tinggi bahkan hampir muka tebal mungkin ya. Dan gue juga menyadari mungkin ini Saya selalu dapat cowok yang high class setelah putus sama si Fulan di tahun 2009, dari situ Saya bertekad untuk memperbaiki diri baik kualitas maupun penampilan.

Juju ini karirnya bisa dibilang oke. Dia sekretaris direksi di salah satu stasiun TV news di Indonesia. Saya harus berterima kasih sama Juju karena sudah diingatkan untuk jangan berhenti untuk selalu berpikir positif. Saya evaluasi lagi diri Saya. Harus lebih banyak bersyukur lagi. Saya mau hidup Saya menjadi jauh jauh jauh lebih baik. Ibaratnya kalau mau memancing ikan besar, pancingannya juga harus bagus.

Jadi ladies, mulai sekarang stop berpenampilan asal-asalan dimanapun. Anggap diri kamu berharga. Anggap diri kamu memang pantas mendapatkan apa yang kamu mau. Tingkatkan kualitas diri. Syukuri hidup yang kamu punya karena hidup setiap orang tidak ada yang sempurna. Dengan begitu Insya Allah jalan akan terbuka.

Ga sabar mau ngobrol-ngobrol lagi sama Juju. Selain gaul dia juga teman yang asyik untuk bertukar pikiran.