Monday, May 21, 2018

Meghan Markle Pemenang Hati Pangeran Harry, Cantik Saja Tidak Cukup

Meghan Markel

Weekend lalu hampir semua orang terutama kalian para wanita, merasakan begitu antusias menyaksikan momen bersejarah kerajaan Inggris, Royal Wedding. Saya pun akhirnya ikut-ikutan live streaming. Padahal sebelumnya sudah berencana ikut Yoga Gembira di Taman Suropati. Tapi berhubung hujan, ya sudah, sepertinya memang ditakdirkan untuk menjadi salah satu saksi sejarah Royal Wedding. Dan Saya tidak menyesal sama sekali. Hahaha.

Royal Wedding kali ini bukan sekedar bersejarah untuk kehidupan Pangeran Harry dan Meghan Markle. Tapi juga sejarah untuk citra kerajaan Inggris. Untuk pertama kalinya anggota kerajaan menikahi seseorang diluar daerah kekuasaannya, dari Amerika pula. Tak hanya itu, Meghan adalah mix blood Afro-Amerika dan pernah menikah sebelumnya. Betul-betuk profile yang fantastis. Meghan is a real just an ordinary girl.

Meghan dan Harry dipertemukan oleh seorang mak comblang dan mengaturnya untuk kencan buta. Keduanya suprised dan kencan tersebut berakhir indah sampai mengantarkan mereka ke pernikahan. Lalu, seperti biasa, Saya tak bisa membendung hasrat untuk menuliskan sebuah pelajaran berharga untuk para perempuan lajang diluar sana berdasarkan kisah cinta yang seperti dinegeri dongeng. Tentunya setelah menyaksikan Royal Wedding kalian jadi berandai-andai untuk memiliki kisah cinta serupa kan? Ngaku aja deh. Manusiawi kok. Saya aja pengen. Haha.

Meghan memang dikenal sebagai aktris sukses di Hollywood. Dia adalah salah satu pemain di TV Series "Suits". Meghan berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, tidak seperti Kate Middleton yang memang keluarganya punya bisnis. Ayah Meghan chief lighting alias kang lampu, kalo di film-film, posisinya dibawah DOP / cameraman. Ibunya pekerja sosial dan guru yoga. Mantan suaminya adalah salah satu produser di Hollywood sana.

Meghan bisa meraih sukses berkat hasil jerih payahnya sendiri. Tidak hanya berlakon didepan kamera, Meghan juga aktif untuk kegiatan sosial dan charity. Bahkan dia adalah duta UN Women Empowerment. Meghan tidak hanya cantik, tapi juga berkarakter. Faktor inilah yang membuat lelaki high profile seperti Pangeran Harry jatuh hati. Menjadi pendamping lelaki hebat, tidak cukup bermodalkan wajah cantik dan terkenal. Karena jika hanya kecantikan yang dilihat, tentunya masih banyak wanita yang jauh lebih cantik dan seksi. Contoh lain bisa kita lihat pasangan Clooney. Sebagai aktor papan atas, bukan hal sulit untuk George Clooney menaklukkan wanita cantik. George Clooney memilih Amal karena wanita ini hebat, bukan sekedar cantik.

Clooney


Meghan tahu apa yang dia inginkan dan dia akan bekerja untuk mendapatkannya. Dia fokus mengejar mimpinya untuk aktris sukses. Daripada dia duduk manis sambil sibuk pupuran bedak dan foto selfie menunggu Pangerannya datang, dia lebih memilih untuk tetap aktif dan memberikan kontribusi nyata untuk sosial. Wanita kuat dan bersemangat menjalani hidup akan jauh lebih menarik daripada wanita yang pribadinya lemah. Coba saja lihat disekeliling kita, berapa banyak wanita yang berani dan percaya diri membuat hidupnya berwarna? Banyak dari kaum kita yang memilih diam dan memiliki banyak alasan untuk tidak bergerak. Merasa kurang cantik, merasa kere dan merasa merasa buruk lainnya. Kalau kalian masih bersikap dangkal seperti itu, jangan harap hidup kalian akan berubah menjadi lebih baik.

Sesaat sebelum pernikahannya dimulai, banyak drama muncul dari keluarga Meghan. Keluarga yang seharusnya menjadi orang pertama yang mendukung, tapi mereka justru berusaha untuk menjatuhkannya. Jika Meghan adalah orang yang lemah, dia akan membiarkan orang-orang itu terus merusak hidupnya. Meghan dengan berani mengambil tindakan tegas dan dia hanya mengajak ibunya untuk hadir dihari pentingnya. Bahkan pihak kerajaan pun membelanya. Kerjaan bisa saja dengan mudah membatalkan pernikahan, tapi karena mereka tahu siapa yang benar dan yang salah. Sayapun ikut gregetan dengan sikap keluarga Meghan. Kasus ini pun biasa terjadi di Indonesia, suka ga rela kalau ada saudara yang hidupnya lebih enak. Makanya tak heran banyak perempuan yang dijadikan komoditas agar mereka bisa numpang hidup

Harry & Meghan


Foto diatas seolah berkata, "Biar Abang yang dampingin Eneng walau badai menerjang". Tsaaaah. Memang sudah digariskan, perempuan kuat akan disatukan oleh pria kuat juga.

Ada satu sosok penting di Royal Wedding, yaitu Doria Ragland, ibu kandung dari Meghan. Beliau adalah wanita single parent hebat. Bisa dilihat dari air mukanya. Doria terharu dan bangga akan putrinya. Doria yang hanya orang biasa derajatnya ikut naik berkat Meghan. Sukses tidaknya seorang anak adalah hasil dari didikan ibu. Pangeran Harry pun kagum kepada Doria.

Doria Ragland

Banyak yang bilang kalau Meghan menang banyak karena menikahi Harry. In my opinion, her luck is based on her hard work and she is deserve it. Meghan pun sudah bisa hidup dengan layak tanpa Harry. Meghan rela meninggalkan karirnya untuk fokus mengikuti protokol istana.

Lalu beredar pula foto Meghan saat berusia 15 tahun sedang berpose depan Buckingham. Memang ya, takdir orang tak ada yang tahu. Makanya supaya rejeki bagus, banyak-banyak berpikir positif.



Kalau kalian punya mimpi dapat pasangan seperti Pangeran Harry, yang mau menerima kita seutuhnya, mulai sekarang ubah deh dirimu menjadi lebih pribadi yang kuat dan berkarakter. Secantik apapun kamu tapi selalu ratu drama, ga akan ada cowok yang sanggup bertahan lama. Kamu harus mampu bersikap tegas dan punya prinsip. Dengan sendirinya kalau kamu jadi pribadi yang berkarakter, orang lain akan mikir ribuan kali untuk memperlakukanmu dengan tak pantas. Show them that you are have standards.




Tuesday, May 15, 2018

Perempuan Muda Pemberani Bernama Neerja

Neerja Bhanot


Minggu lalu merupakan minggu yang berat untuk bangsa Indonesia. Awal minggu diawali dengan rusuhnya penjara teroris di Mako Brimob yang menewaskan 5 orang polisi. Pertengahan minggu tiba-tiba saja Merapi 'batuk'. Lalu akhir minggu ditutup dengan 5 bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya dalam kurun waktu 24 jam.

Karena teror bom dikhawatirkan meluas, Jakarta pun Siaga 1. Dalam kurun waktu itu pula terjadi penangkapan terduga teroris. Ada 1 hal yang membuat hati Kami menjerit. Para teroris sudah memasang wanita dan anak-anak sebagai garda depan. Hal ini ditandai dengan ditangkapnya 2 wanita muda belia berusia awal 20-an yang berencana melakukan penusukkan kepada anggota polisi dan anak-anak yang diajak melakukan aksi bom bunuh diri. Wanita dan anak-anak yang seharusnya menjadi bibit unggul dimasa depan justru dirusak oleh kelompok radikal. Kami pun bertanya-tanya, kenapa hal ini bisa terjadi?

Remaja adalah usia pencarian jati diri. Mungkin mereka kekurangan akses untuk menciptakan jati diri yang berkualitas karena latar belakang keluarga yang kurang mampu mendidik mereka dengan baik. Remaja-remaja labil ini yang dijadikan sasaran empuk untuk di doktrin paham radikal. Paham radikal ini bukan baru tumbuh beberapa tahun ini, tapi sejak 20 tahun lalu. Bahkan di era 80-an sudah ada kelompok radikal namun belum menampakkan diri.

Sayapun teringat sebuah film India berjudul Neerja. Film ini menceritakan tentang kisah heroik seorang pramugari asal India bernama Neerja yang berupaya menyelamatkan 300 lebih penumpang pesawat Pan Am yang dibajak oleh teroris. Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada tahun 1986.

Seharusnya wanita-wanita muda ini menjadi seperti Neerja. Walaupun dia wanita dan masih berusia 23 tahun, dia berhasil mengubah ketakutannya menjadi keberanian demi melindungi penumpang dan para kru pesawat lainnya. Nilai esensi ini yang Saya lihat masih kurang banyak dimiliki wanita muda Indonesia. Kalau saja mereka memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang besar seperti Neerja, kecil kemungkinan mereka dengan mudah menyerap doktrin yang menyesatkan. Mereka justru akan fokus ke hal-hal yang besar dan positif.

Poster Neerja


Neerja pun punya masa kelam. Dia bercerai dengan mantan suaminya yang abusive dan memilih pulang ke rumah orang tua. Sejak itu dia melanjutkan hidupnya dengan bekerja sebagai pramugari. Masa kelam Neerja tidak mengubah dia menjadi orang yang kelam pula.

Masa lalu kita pun tidak boleh menghambat kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Lakukan ini untuk diri sendiri dulu. Karena jangan harap akan menjadi manfaat untuk orang banyak sebelum kita kuat berdiri diatas kaki sendiri.

Perempuan muda Indonesia seharusnya mampu menjadi pribadi yang cemerlang. Usia 20-an harus digunakan untuk pengembangan diri. Arahkan hidup kita mau menjadi seperti apa di 5 tahun kedepan. Berkarya dan bekerja lah dengan baik. Hidup ini adalah tentang memberikan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Jadikan waktumu produktif karena ini adalah masa emas kita.

Tugas kita semua saat ini adalah menjaga dan mendidik wanita dan generasi penerus agak tidak terhasut oleh hal-hal buruk. Jadikan media sosial kita menjadi sarana untuk membangkitkan hal positif. Saya rasa disaat seperti ini akan sangat tepat untuk diadakan nonton bareng film Neerja agar para wanita muda dapat  memetik pelajaran, semangat dan keberanian dari film ini.




Sunday, May 6, 2018

Generasi Millenial Tak Punya Attitude ?

Photo by Helena Lopes from Pexels


Beberapa waktu lalu, ada salah satu friendlist di Linkedin yang mengeluh etika email / komunikasi anak-anak zaman now alias the Millenials. Tanpa menulis subject dan memperkenalkan diri terlebih dahulu, langsung bertanya dengan susunan kalimat yang amburadul. Ini bukan pertama kalinya Millenial di cap menyebalkan dan tak tahu aturan. Apakah generasi ini benar seperti itu?

Coba deh kalian ingat-ingat, pernahkan kakekmu menceritakan betapa menyebalkannya bapakmu dan dibilang tidak bisa diatur waktu jaman mudanya? Lalu pernahkan bapakmu bilang kalo anak sekarang itu tidak punya sopan santun? Kalimat saktinya yang juga sering muncul disinetron era Didi Petet "Dasar anak jaman sekarang!". Kalo ditelaah, ini adalah keadaan yang berulang disetiap zaman. Sangat mungkin jika kita sudah punya anak nanti, kita akan mengatakan hal yang sama. Sekarang aja sudah mulai menghardik adik-adik junior kita, "Huh! Dulu gue ga gitu deh!".

Jadi apakah ketidaksopanan itu sifat asli generasi? Jelas bukan! Itu karena salah didikan dan salah lingkungan. Kenapa? Di generasi kita pun ada kok tipe-tipe orang yang tidak tahu etika. Ketika mereka tidak mendapat didikkan yang bagus baik di sekolah terutama dari rumah, tentunya mereka tidak akan menjadi anggota generasi yang cemerlang. Ditambah jika mereka tak pandai memilih pergaulan, akan semakin tak punya arah. Orang yang memiliki pergaulan yang bagus pastinya tutur kata dan perilakunya juga baik.

Saya sendiri pernah punya pengalaman yang serupa dengan friendlist di Linkedin. Beberapa tahun lalu, kantor Saya pernah membuka kesempatan untuk penulis cerita FTV bisa mengirimkan idenya. Entah berapa puluh email yang langsung Saya hapus karena kelakuan ajaib mereka. Ada yang menulis tanpa subject dan perkenalan, ada yang malah menulis kalimat di subject, bukan di body email. Mereka memang amatir, karena yang namanya ide bukan sekedar 1 kalimat, tapi sudah harus berupa sinopsis. Dan sebagian besar bukanlah generasi millenial.

Jadi menurut Saya, sangat tidak bijak jika menyalahkan satu generasi karena etika mereka yang buruk. Yang benar adalah perbaiki pendidikannya. Pendidikan itu bukan hanya fokus pada nilai akademis. Pendidikan harus menyesuaikan perubahan zaman. Dan pendidikan harusnya menyiapkan generasi agar lebih terampil dimasa depan. Pendidikan masa kini harus sudah fokus mengajarkan soft skill, salah satu yang utama adalah skill komunikasi.