Filmmaker Indonesia terbiasa dengan proyek film dengan
budget yang tak terlalu besar, terutama para filmmaker indie yang cenderung
membuat film dengan budget yang sangat kecil. Sebenarnya keadaan inilah yang
merangsang kreatifitas para filmmaker bagaimana meramu keterbatasan itu menjadi
sesuatu yang bagus. Bulan ini Saya
menonton film 7 hari 24 Jam dan The Sun, The Moon
and The Hurricane.
Dalam film 7 Hari 24 Jam, budget bukanlah kendala untuk
perusahaan sebesar MNC pictures. Tapi Saya suka kreatifitas penulisnya, Nataya,
yang mampu memperluas cerita dengan setting dan aktor yang tak banyak. Film ini
80% setting nya berada di ruang rawat rumah sakit. Tapi penonton tak dibuat
bosan. Ada saja hal-hal menarik yang tercipta.
Poster film 7/24 |
Lalu film The Sun, The Moon and The Hurricane. Film indie
yang sempat screening dan sutradaranya menjadi nominasi untuk The Best Director
untuk Vancouver Film Festival ini diproduksi dengan budget yang sangat minim.
Tapi Andri Cung, sebagai penulis dan sutradaranya, mampu menyelesaikan filmnya
dengan sangat baik. Terasa sentuhan hati saat menontonnya.
Poster film The Sun, The Moon and The Hurricane |
Film minimalis seperti ini menjadi tantangan tersendiri bagi
pembuatnya. Lihat saja Carnage by Roman Polanski dan Some Velvet Morning by
Neil LaBute. Mereka mampu menyajikan film yang brilliant. Skenario yang kuat dan
tidak membuat bosan walau pemain dan latar tempatnya itu-itu saja. Untuk membuat suatu film yang bagus tak
melulu harus dengan budget yang fantastis