Ini adalah lanjutan tulisan sebelumnya dan merupakan puncak bahasan tema tentang Digital Marketing. Peran social media sangat besar sebagai media branding dan promosi di era digital ini. Berdasarkan demographic pengguna aktif social media adalah para konsumen yang memiliki daya beli terhadap suatu produk karena berada pada usia produktif. Dan social media adalah cara paling cepat dalam penyebaran informasi.
Namun social media akan lebih efektif jika dikelola dengan planning yang jelas. Sebenarnya sama saja seperti pemasaran konvesional, hanya medianya saja yang saat ini lebih menyesuaikan zaman. Konten adalah kuncinya. Sebuah konten tak saja harus informatif tapi juga harus menghibur dan memiliki sentuhan personal. Untuk contoh kita bisa lihat social media untuk film The Raid dan TNI AU. Mengapa mereka berhasil mendapatkan audience engagment? Karena mereka berhasil mengelola social media dengan sangat interaktif. Sehingga audience merasa lebih dekat. Dan hasilnya The Raid berhasil menjadi salah satu film dengan penonton terbanyak, sedangkan TNI AU berhasil mendapatkan penghargaan untuk pengelolaan social media terbaik.
Mengelola sebuah akun social media tak hanya sekedar memasang posting otomatis terjadwal dengan software. Tapi bagaimana menciptakan interaksi yang menghibur. Ini akan meningkatkan nilai tambah bagi sebuah brand dimata masyarakat. Walau dilakukan didunia maya, tapi akan memberi impact besar di dunia nyata.
Untuk membuat sebuah konten berpotensi viral, diperlukan kemampuan storytelling yang bagus. Kita harus pikirkan bagaimana caranya menyentuh sisi emosional para audience.
Konten berupa gambar juga tak kalah menarik. Setiap social media memiliki ukuran baku untuk postingan berupa gambar. Tujuannya agar audience nyaman dengan konten gambar tersebut dan dapat menangkap langsung pesan yang disampiakan oleh suatu brand. Misalnya untuk instagram ukurannya 1:1, pinterest 2:3 atau 1:3,5 untuk long scrolling image, twitter 4:3.
Mempelajari waktu yang tepat untuk sebuah posting juga perlu dipelajari dalam digital marketing. Ini dipelajari berdasarkan demographic konsumen untuk brand tersebut. Karena setiap brand pasti memiliki demographic konsumen yang berbeda-beda. Jam aktif online ibu rumah tangga pasti berbeda dengan jam aktif online wanita pekerja kantoran. Marketing tak hanya harus besar tapi juga tepat sasaran. Apa gunanya marketing sudah besar tapi tidak membidik konsumen dengan tepat?
Terakhir, pengelolaan social media harus dilakukan terus menerus. Kebanyakan brand hanya aktif saat baru-baru launching lalu perlahan meredup. Kita harus aktif menciptakan awarenes kepada konsumen. Memang team digital marketing tak hanya harus digital savvy tapi juga harus memahami bisnis strategy. Social media hanya alat bantu, kunci utamanya tetap pada perencanaan bisnis.