Photo from rawpixel |
Belakangan ini kondisi badan Saya sedang agak ringkih. Saya yang biasanya jarang sakit walau hanya flu, awal tahun kemarin sempat kena radang. Saat tenggorokan mulai terasa sakit, Saya langsung pergi ke dokter dan minta anti biotik. Selama beberapa hari badan Saya terasa agak hangat walau masih sangat bisa beraktivitas seperti biasa.
Saya memang sangat aktiv belakangan ini. Siang hari, tentu sibuk dengan urusan kantor, dari meeting ke meeting sampai sekedar duduk seharian bikin deck presentasi. Sepulang kerja, lanjut bergaul dengan teman-teman. Dari nonton film sampai mencoba kafe terbaru. Life balance ceritanya.
Akhir Februari, Saya terkena cedera pinggang. Penyebabnya sepele, hanya karena Saya mendadak bersin saat sedang bungkuk. Rasanya sakit sekali sampai ga bisa bangun dan jalan. Takut terjadi apa-apa, langsung ke dokter dan fisioterapi. Syukurnya hanya otot saja yang geser, bukan kena syaraf. 2 hari istirahat sambil dilatih dengan stretching.
Pertengahan Maret lalu, progesteron Saya kembali rendah. Menyebabkan spotting saat hari-hari masa subur. Tak tanggung-tanggung, berlangsung selama 2 minggu. Siklus haid Saya berantakan sudah. Saya periksa ke Obgyn langganan, semua bagus. Memang imbalance hormone ini suka kambuh. Tapi Saya pikir, kalau tidak dirawat, pasti akan tidak bagus untuk reproduksi kedepannya, apalagi jika suatu saat berencana hamil. Dokter tidak menyarankan terapi hormon, karena hormon dilawan hormon malah akan kacau. Yang paling utama jangan stress. Nah, Saya bingung. Perasaan Saya sedang tidak stress. Mungkin Saya terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula seperti nasi. Akhirnya berdasarkan gugling, vitamin c bisa meningkatkan progesteron. Saya yang ga terlalu menggantungkan nutrisi pada suplement, terpaksa beli. Selain vitamin C, Saya juga beli calsium/magnesium/zinc. Konsekuensinya harus minum air lebih banyak dari biasanya agar kerja ginjal tidak berat.
Sepertinya memang 2019 ini Saya 'diarahkan' untuk lebih perhatian dengan kesehatan. Saya yang biasanya agak sayang keluar uang untuk kesehatan, sekarang jadi sadar, buat diri sendiri jangan pelit. Dan kalau diperhatikan, banyak kan orang yang agak sungkan keluar uang untuk perawatan kesehatan bahkan ketika dirinya sudah sakit. Berakibat kondisinya tidak bertambah baik, malah tambah parah. Mereka bukannya ga punya uang, hanya pelit saja mengeluarkannya. Ketakutan uangnya ga akan cukup untuk kebutuhan yang lain. Apa gunanya punya banyak materi kalau kondisi badan tidak sehat. Uang bisa dicari, waktu tak bisa kembali.
Hampir sepanjang hidup Saya selalu merasa kurang. Berpikir kalau orang lain uangnya lebih banyak. Suatu hari Saya merenung, apa benar Saya segitu kerenya? Mau sampai kapan hidup seperti ini? Kalau dibilang kere, Saya ga akan mampu makan di tempat bagus. Berarti ada yang salah dalam menentukan prioritas. Saya memutuskan untuk merubah mindset, bahwa Saya mampu untuk memenuhi apa yang Saya butuhkan dan mau.
Saya percaya pada hukum tarik menarik. Apa yang kita keluarkan, akan kembali ke diri kita. Harusnya kita bersyukur saat mengeluarkan uang, artinya rezekinya sudah tersedia, kita bisa menikmati kenyamanan yang kita mau. Semua itu tergantung niat. Saat ada niat, percayalah rezekinya sudah tersedia. Jika masih mikir-mikir, berarti kita meragukan kuasa Tuhan dong. Rezeki itu adalah energi yang berputar.
Mulai sekarang, yuk atur lagi skala prioritas. Kebutuhan yang lebih penting harus didahulukan. Niatkan untuk mempunyai hidup yang berkualitas, bukan sekedar untuk mendapat kagum dari orang lain.
No comments:
Post a Comment