Jargon "Dont' judge A book By The Cover" rasanya tidak selalu benar. Pada kenyataannya, kita selalu menilai orang dari tampilannya. Apalagi di era digital saat ini, saat semua orang dengan mudah meng-upload foto ke social media tak lupa dengan hastag #OOTD. Penampilan bukan sekedar gaya hidup, namun sebuah kebutuhan.
Saat Saya kecil dulu, mama Saya selalu membiasakan untuk selalu grooming. Dari baju sampai aksesoris dikurasinya terlebih dahulu sebelum dipakaikan ke Saya. Akhirnya ini menjadi kebiasaan Saya sampai dewasa, Terlebih karena tuntutan pekerjaan pula. Tak etis rasanya jika ke kantor berpenampilan tidak bersih dan rapi. Seakan Saya melukai perasaan boss yang telah menggaji Saya.
Banyak pula orang yang tidak mau dinilai sekedar dari penampilan. Tapi berdasarkan pengamatan Saya, orang yang memiliki penampilan baik, akan lebih didengar dan diperhatikan. Seorang teman Saya yang juga menolak berpenampilan seperti layaknya kesekutif muda, membenarkan hal tersebut. "Jangan hanya menilai orang dari penampilan itu bullshit lah! Gue bisa gampang masuk sana sini karena gue kenal aja dengan orang tersebut. Coba kalo ga kenal, dari meja resepsionis juga udah diusir kali".
Berpenampilan yang baik bagi banyak orang masih menjadi sesuatu yang privilege. Timbul berbagai keraguan, yang paling mendasar adalah budget. Padahal memiliki penampilan yang baik tak harus berlebihan. Jika kita mampu mengatur keuangan dengan baik, penampilan menawan bukan hal mustahil. Saya sendiri menganggap membeli barang untuk menunjang penampilan adalah suatu investasi. Sayapun bukan orang yang berlebihan dalam penggunaan budget lifestyle, jadi Saya mengakali dengan membeli barang yang timeless ketimbang mengikuti trend.
Banyak riset menyatakan, orang yang memiliki penampilan baik, akan mendapat kesempatan karir yang lebih baik. Contoh, seorang marketing yang berpenampilan menarik, dengan padanan baju dan aksesoris yang pas, pasti akan lebih mudah mendapat nilai penjualan yang jauh lebih tinggi dibanding marketing yang penampilannya biasa saja. Marketing tersebut berinvestasi dengan membeli baju, tas, sepatu atau jam tangan bagus. Adalah sangat wajar dalam dunia profesional, orang cenderung menyukai penampilan yang enak dipandang mata. Mereka cenderung merasa lebih nyaman ngobrol dengan orang seperti itu.
Penampilan juga merupakan citra diri. Contohnya seorang artis, mereka sangat royal untuk urusan penampilan, karena hal itu berdampak kepada penilaian para penggemarnya. Bayangkan jika para artis itu tidak berinvestasi pada penampilan, tentu para penggemarnya akan kecewa karena mereka terlihat tak ada bedanya dengan orang biasa. Bagi pekerja, penampilan seakan berbicara kredibilitas profesi mereka.
Penampilan bukan hanya sekedar tampilan busana, tapi merupakan tampilan diri secara keseluruhan, termasuk kebersihan dan kesehatan fisik. Penampilan baik adalah tanda jika kita peduli pada diri sendiri.
Jangan pelit untuk berinvestasi pada penampilan. You will get more when you maintain yourself. Bukan hanya urusan pekerjaan, tapi juga urusan pergaulan. Tapi tetap diingat, belanjakan dengan bijak dan tak lupa meningkatkan kualitas diri. Karena penampilan saja tidak cukup tanpa kepribadian yang tak kalah menarik.
Jika kamu berpikir Warren Buffet, Steve Jobs dan beberapa orang kaya lainnya berpenampilan biasa. ingat, Kamu bukan siapa-siapa dibanding mereka. Jargon "Jangan menilai orang dari penampilan" tak berlaku lagi untuk mereka. Yang lebih tepat, "Orang kaya mah bebas!". :D
Jadi jika kamu ingin ke kantor dengan kaos oblong dan jeans, pastikan dulu kamu sekaya Mark Zuckerberg.
No comments:
Post a Comment