Wednesday, March 12, 2025

Coffee Time Story #17 Pentingnya Menjadi Pribadi Yang Authentic



Lahir dan hidup di Indonesia, kita terbiasa dididik untuk selalu mendahulukan perasaan dan kepentingan orang lain. Akibatnya, banyak dari kita tumbuh menjadi pribadi yang nggak enakan. Kita sering merasa tidak memiliki kebebasan untuk berekspresi atau menyuarakan pendapat. Sejak kecil, kita dituntut untuk memenuhi ekspektasi banyak orang, menjadi anak yang patuh, murid yang baik, teman yang menyenangkan, atau pekerja yang tidak banyak menuntut.

Sekilas, ini mungkin terlihat sepele. Namun, dampaknya sangat besar terhadap perkembangan karakter dan kesejahteraan emosional kita saat dewasa. Banyak dari kita merasa kesulitan untuk mengungkapkan apa yang benar-benar kita sukai atau tidak sukai. Demi diterima oleh lingkungan, kita sering kali memilih diam dan nrimo, bahkan ketika itu bertentangan dengan perasaan kita sendiri.

Di era modern ini, menjadi pribadi yang autentik semakin langka. Image diri seolah menjadi harga mati. Banyak orang merasa perlu membentuk citra tertentu agar diterima oleh masyarakat, bahkan jika itu berarti menutupi jati diri mereka yang sebenarnya. Sikap ini menciptakan budaya plastic personality, di mana orang menampilkan versi diri yang telah dipoles dan disesuaikan agar sesuai dengan standar sosial, sering kali dengan mengorbankan kenyamanan dan kejujuran diri sendiri.

Namun, penting untuk memahami bahwa autentisitas bukan berarti bersikap sesuka hati tanpa peduli dengan orang lain. Menjadi autentik berarti merasa nyaman dengan diri sendiri, menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, serta berani mengungkapkan pendapat dengan jujur tanpa takut akan penghakiman. Orang yang autentik tidak merasa perlu berpura-pura, sehingga lebih mudah membangun hubungan yang sehat dan tulus.

Sebaliknya, mereka yang terbiasa menyembunyikan diri di balik topeng sosial sering kali berakhir dengan perilaku passive-aggressive. Mereka merasa tertekan karena terus-menerus menyesuaikan diri dengan ekspektasi orang lain, yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpuasan dan bitterness dalam hidup mereka.

Menjadi autentik memang tidak mudah, terutama ketika kita telah terbiasa hidup dengan ekspektasi sosial yang tinggi. Namun, kita bisa mulai dari langkah kecil, yaitu belajar mengenali diri sendiri, jujur terhadap perasaan, dan tidak takut untuk mengatakan tidak jika memang diperlukan. Orang dengan kepribadian yang autentik cenderung lebih dihargai dan dipercaya, karena mereka menunjukkan ketulusan dalam berinteraksi.

Bukankah hidup akan terasa lebih damai jika kita bisa menjadi diri sendiri tanpa perlu berpura-pura? Jadi, mulai sekarang, coba tanyakan pada diri sendiri, "Apakah saya hidup sebagai diri saya yang sebenarnya, atau hanya sebagai versi yang ingin dilihat orang lain?"



No comments:

Post a Comment