Bulan Maret ini banyak sekali rangkaian acara untuk meramaikan bulan Film Nasional. Mulai dari Viddsee Juree Indonesian 2016, Temu Komunitas di Baturaden, pemutaran film lawas yang sudah direstorasi oleh Flik TV sebulan full setiap weekend di Galeri Indonesia Kaya dan Kelas Inspirasi Sinema di sekolah-sekolah SMA Jakarta dan Bandung. Mungkin masih ada acara lainnya untuk memeriahkan bulan film nasional ini.
Saya melihat antusiasme masyarakat diacara-acara tersebut begitu besar. Memang sudah saatnya para pekerja film membaur dengan masyarakat agar mereka sadar akan eksistensi film Indonesia. Dan kegiatan-kegiatan workshop atau nonton bareng harus sering dilakukan. Lumayan banyak juga kok yang sudah mengadakan kegiatan ini. Dengan kegiatan ini kita bisa menemukan bibit-bibit baru pekerja film dan menemukan film dengan penontonnya. Perjuangan para pelaku industri film tidak hanya sekedar membuat film laku atau bagus. Tapi juga memikirkan bagaimana agar industri ini semakin diminati, semakin besar dan akan terus ada. Cukup sudah kita mengalami masa-masa kehausan akan film Indonesia diera 90'an.
Semoga sinergi ini akan terus ada tak hanya dibulan Maret. Karena ini bukan hanya sekedar film bagus atau laku, tapi ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya di industri film. Masih banyak PR yang perlu dikerjakan. Salam Sinema!
Wednesday, March 30, 2016
Selamat Hari Film Nasional
Sunday, March 27, 2016
Kedai Kopi Worth To Try (Start from Rp 15.000,-)
Trend minum kopi semakin menjamur. Hal ini ditandai makin banyaknya kedai kopi baru bahkan ditempat yang agak mojok. Kopi selalu dicari oleh berbagai kalangan. Saya sendiri baru menjadi 'mualaf kopi' kira-kira tahun 2014. Waktu itu Saya nonton film dokumenter "Aroma of Heaven". Setelah nonton tiba-tiba ingin mencoba berbagai macam kopi, terutama kopi hitam. Tapi sayang, Saya ga ada bakat jadi komentator kopi. Sebenarnya dulu waktu kecil Saya sudah suka kopi hitam. Terkadang Saya suka menghabiskan kopinya papa yang tinggal setengah gelas. Saya ga terlalu paham cara membuat kopi yang sophisticated. Makanya Saya selalu minum kopi tubruk. Karena bagi Saya kopi tubruk itu klasik. Kalau sedang bosan minum kopi hitam, kopi susu sudah cukup sebagai variasi menu.
Disini Saya mau berbagi tempat ngopi yang perlu dicoba. Selain karena harganya, lokasinya yang tak biasa dapat dijadikan pengalaman baru. Berikut kedai kopi langganan Saya.
1. Corelli, Blok M Square basement
Kegiatan Saya jika bertandang ke Blok M square adalah untuk nonton film, beli buku bekas lalu ngopi. Corelli ini tepatnya berada didekat kios-kios yang jual vinyl atau cd musik bekas. Setiap ke Blok M Square, Saya pasti sempatkan kesini. Harga menunya sangat murah-murah. Untuk kopi hitam panas harganya Rp 13.000,-. Corelli juga menjual snack sebagai teman minum kopi. Tapi Saya belum pernah coba. Karena donat kampung keliling lebih menggoda. Dan enaknya, mereka memperbolehkan membawa makanan dari luar. Corelli juga menjual perlengkapan kedai kopi. Seperti biji kopi, gelas-gelas plastik dan sirup untuk membuat minuman.
2. Kopi Es Tak Kie
Kopi Es Tak Kie berada di daerah Glodok, Petak Sembilan, Gang Gloria. Kawasan ini dikenal sebagai kampung Cina. Disini terkenal dengan es kopinya. Harganya hanya Rp 12.000,-. Waktu Saya kesini, Saya juga mencoba sop bulus (seperti kura-kura). Disini makanannya memang agak hardcore. Minum kopi disini terasa seperti diset film Cina. Karena suasananya agak berbeda dengan kedai kopi di Jakarta pada umumnya. Para engkoh-engkoh dan enci datang dengan pakaian santai. Mereka ngopi sambil baca koran berbahasa Cina atau sambil main catur. Biasanya kan kalau ngopi di mall kita melihat orang-orang bergaya necis.
3. Kedai Filosofi Kopi
Pasti kalian tau dong film/cerpen Filosofi Kopi? Kedai ini punya 2 cabang yaitu di Blok M dan Bintaro. Waktu Saya ke cabang Blok M, suasana sangat ramai. Mungkin karena weekend juga. Jadinya Saya ga sempat foto-foto padahal tempatnya lumayan instagramgenic. Saat itu Saya hanya minum kopi 20 menit, lalu pulang. Karena kasihan yang belum kebagian tempat duduk, mereka jadi ga enjoy ngopi. Harga kopi tubruk disini Rp 22.000,-. Untuk minumannya mereka menjual aneka ragam variasi kopi modern, mulai dari latte sampai red velvet kopi dengan range harga Rp 20.000,- sampai Rp 35.000,-. Harga yang tergolong murah dibandingkan kedai kopi di Jakarta pada umumnya.
4. Kopi Kamu
Kopi Kamu ini ada di Jl. Ampera, seberang Medco Ampera. Kopi Kamu punya 2 cabang lain, yaitu di Jl. Majapahit, Jakarta dan di Bandung. Harga minuman disini mulai dari Rp 25.000,- sampai Rp 35.000,-. Selain kopi, Kopi Kamu juga punya menu jus. Kopi hitam disini rasanya strong dan acidnya terasa sekali. Kalau Saya lebih suka kopi yang manis
5. Victoria Cafe
Kopi di Victoria Cafe is my favorite coffee in the town. Walau harganya paling mahal dibanding kedai kopi diatas. Kopi hitam mereka adalah kopi Toraja. Harganya Rp 40.000,-. Victoria Cafe memang kedai kopi untuk kalangan menengah keatas. Frappucino-nya pun layak dicoba. Rasanya lebih enak dari kopi berlambang mermaid itu.
Mungkin kalau membahas kedai kopi yang layak dicoba ga akan ada habisnya. Karena setiap tempat pastinya akan meninggalkan kesan yang berbeda-beda. Selamat berburu kedai kopi ;)
Saturday, March 26, 2016
My Favorite Drugstore Makeup
Saya pertama kali punya makeup set lengkap itu waktu umur 18 tahun. Karena waktu itu Saya sudah mulai kerja dan Saya punya prinsip kalo harus berpenampilan menarik termasuk pakai makeup. Bagaimanapun penampilan adalah first impression. Terlebih Saya kerja di industri entertaintment yang sangat memungkinkan Saya bertemu orang-orang showbiz. Dari dulu sampai sekarang makeup Saya selalu simple. Mungkin memang pengaruh muka juga ya yang ga bisa didandanin macam-macam. Kebanyakan makeup dikit jadi aneh kelihatannya. Makanya muka Saya kalau dandan atau ga dandan ya cuma beda tipis. Hehe.
Yang paling utama untuk mendapatkan hasil makeup yang bagus adalah kulit yang sehat. Thanks for my momma yang dari kecil selalu balurin petroleoum jelly dari muka sampe badan. Saya ga pernah punya masalah kulit. Paling jerawat, itu pun jarang-jarang dan munculnya cuma satu-satu gitu.
Saya belajar dari majalah, foundation adalah must have item agar tampilan makeup tahan lama. Dulu sempat pakai suatu brand tapi bikin muka putih banget kalo difoto. Malesin ga sih... Nah, setelah cari tahu, ternyata ada yang namanya tint foundation. Dia ini akan mengikuti warna kulit kita. Dapatlah Revlon. Pertama kali coba dulu yang Beyond Natural yang sayang sudah DC. Akhirnya dikasih tahu kalau BB Cream Revlon Photoready ini bisa dipakai sebagai pengganti Revlon Beyond Natural. Saya pakai yang warna Light Medium. BB cream ini nge-blend banget sama warna kulit. Dan sukses bikin makeup tahan sampai malam.
Untuk bedak biar warnanya lebih nge-blend dan sempurna looksnya, Saya pilih loose powder Revlon yang Translucent. Warnanya sangat natural. Pokoknya ga perlu takut muka belepotan kalo lagi difoto.
Blush on Revlon yang Saya pakai saat ini adalah yang Naturally Glamorous warna Flestone. Sebelumnya Saya pakai Revlon Powder Blush yang Smoky Rose, tapi lagi-lagi sudah DC. Flestone ini warnanya pink sedikit orange. Saya sih suka karena bikin warna kulit Saya terlihat eksotis.
Fungsi makeup bagi Saya adalah untuk menonjolkan kelebihan wajah ,bukan merubah looks wajah. Makanya Saya suka sebel kalo ada kang makeup yang bikin dandanan 'manglingi'. Saya ga mau membohongi diri sendiri dan orang lain dengan makeup. Jadi rajin-rajin rawat kesehatan kulit dengan perawatan yang tepat dan juga kasih asupan makanan yang sehat.
Friday, March 25, 2016
Eyeliner My Darling
Saya menemukan eyeliner merk My Darling ini secara ga sengaja. Eyeliner ini sebenarnya udah Saya beli dan pakai sejak 8 bulan yang lalu. Ceritanya waktu itu pulang kerja dan lagi ngerasa bete aja. Biasanya kalo lagi bete, dilampiaskan untuk mempercantik diri, entah ke salon atau beli baju. Haha, daripada misuh-misuh disocmed kaaan. Tiba-tiba kepikiran pengen beli eyeliner cair karena eyeliner pensil yang Saya pake ga bisa untuk ngebentuk winged eyeliner. Saya gugling lah eyeliner local brand yang murah dan banyak beauty blogger yang merekomendasikan My Darling eyeliner. Menurut para beauty blogger, My Darling bisa dibeli di toko komestik yang biasa jualan dipinggir-pinggir koridor mall gitu atau di toko pernak-pernik. Dan Sayapun beli My Darling ditoko pernak-pernik. Harganya cuma Rp 22.000,-. Ga pake mikir langsung bungkus.
Keesokan paginya saat dandan mau kerja, langsung Saya pake si My Darling ini. Dan Saya amaze sama hasilnya. So bold and matte! Ga kalah sama eyeliner Lancome. Kuas My Darling ini lemas dan runcing, jadi bisa bikin garis tipis atau tebal. Seharian mood Saya jadi bagus banget gara-gara punya eyeliner baru yang bikin mata jadi pop-up 😁.
Namun sayang, eyeliner My Darling ga waterproof. Walau ga waterproof, eyeliner ini ga akan bikin mata kamu jadi kayak mata rakun. Paling ngeletek-ngeletek dikit gitu sih. Kecuali kalo kamu kucek-kucek mata atau nangis kejer, ya Bhay! deh. Jadi kalo pake eyeliner ini, kamu harus bawa terus didalam tas buat touch up, jaga-jaga kalo eyelinernya mulai ngeletek. My Darling bisa awet seharian, ya dengan catatan kamu ga kucek-kucek mata ya 😁.
Yang bikin sebel, saat narik kuas eyeliner ini harus pelan-pelan supaya cairannya ga ikut keluar-keluar. Karena bentuk wadahnya menyempit dibagian leher. Kan sayang jadi kebuang.
I think i need to improve my skill for draw eyeliner. Dari foto itu keliatan kan masih berantakan. Hehe.
Thursday, March 24, 2016
Eyeshadow LT Pro by La Tulipe
Bulan ini tuh sebenarnya Saya dapat banyak beauty product gratisan dari brand-brand yang tergolong high end. Tapi setelah Saya coba, ternyata Saya ga suka produknya. Daripada Saya menjatuhkan dengan review jelek, lebih baik ga usah direview sama sekali. Sama kayak kalo Saya nonton film. Kalo Saya ga suka filmnya, yo mangut mangut aja sama filmmakernya 😁. Kalo filmnya bagus, Saya bakal bantu promoin atas inisiatif sendiri.
Diblog ini sepertinya banyak yang baca review Saya soal lipstick Wardah. Ternyata review kosmetik sangat dicari ya sekarang ini. So, kali ini Saya mau review eyeshadow yang Saya pakai sehari-hari. Kulit Saya itu warnanya nanggung, ga gelap ga terang. Makanya pakai eyeshadow cuma masuk warna yang bernuansa coklat atau warm color. Paling kalo mau agak girlie, bisa pakai eyeshadow warna ungu kecoklatan. Ya gitu dah muka Saya agak susah dibikin macem-macem.
Lt pro adalah brand lokal. Dan Saya suka banget sama eyeshadow ini. Sebelumnya Saya pakai eyeshadow Caring yang paletnya ada 3 warna, gold, coklat tua dan orange. Tapi Saya jarang pakai yang orange. Kan Sayang. Jadi begitu warna gold habis, Saya mau beli eyeshadow yang refillan aja. Dan jatuh cintalah pada LT Pro eyeshadow ini. Eyeshadow LT Pro yang Saya pakai itu warna gold dan coklat tua. Yang warna gold sifatnya shimmery. Sedangkan yang coklat warnanya matte. Saya memang lebih masuk pakai warna yang shimmery. Dikulit Saya terlihat lebih hidup. Warna gold Saya baurkan diseluruh kelopak mata dan coklat tua Saya baurkan disudut luar mata agar memberikan efek bayangan yang bagus. Tapi kadang-kadang Saya campur aja gold dan coklat dengan kuas baru diaplikasikan ke mata. LT Pro ini warnanya sangat pigmented dan gampang dibaur. Bahkan eyeshadow brand high end yang Saya punya saja kalah bagus dengan LT Pro.
Warna goldnya medok ga? Nggak sama sekali sih dikulit Saya. Ketebalan warna bisa disesuaikan kok. Kadang kalo lagi pengen make up no makeup looks, Saya pakai warna gold ini tipis-tipis aja. Entahlah warna gold ini favorite Saya buat eyeshadow.
LT Pro punya 2 macam eyeshadow, yaitu shimmery dan matte. Harga kemasan refill eyeshadow LT Pro kalo ga salah Rp 45.000,- untuk satu warna. Murah kan? Udahlah Saya mah emang cocoknya sama make up lokal yang murah tapi kualitasnya ga kalah sama make up luar 😁. Jadi next time kalo mau kasih Saya gratisan, mending kasih make up lokal. Turut mensupport produk anak bangsa juga bukan....(ciee anak bangsa)
My Article on Magdalene.co
Suatu siang saat Saya sedang buka-buka timeline twitter, Saya membaca tweet dari Magdalene judul dari tulisan Saya. Rasanya seneeeenggg banget karena ini kali pertama tulisan Saya dimuat untuk media massa. magdalene.co adalah website yang concern dengan isu perempuan dan pandangan hidup. I love to read their article makanya Saya coba kirim tulisan kesana. Well.... Ini sebenernya curhatan Saya 😁 (curhat ga tanggung-tanggung langsung ke media massa).
Tapi yang bikin Saya happy adalah Saya bisa menyeruakan pendapat Saya dan memberi inspirasi kepada orang banyak untuk mencintai dirinya sendiri. Karena masih banyak orang yang tidak memiliki kepercayaan diri sehingga terus sembunyi dibalik kekurangannya. Manusia tidak ada yang sempurna. Namun jangan jadikan kekurangan menghalangi diri kita untuk berkembang menjadi manusia yang lebih baik.
Komentar para pembaca maupun dari teman-teman membuat Saya sadar, banyak orang yang mengalamai body shaming. Dan dengan tulisan ini, banyak orang yang merasa ikut tersuarakan. Kita bisa memutus mata rantai pandangan tentang body shaming dimulai dari diri sendiri.
Untuk lebih lengkapnya, bisa baca disini
Tuesday, March 22, 2016
Jasa Besar Media Cetak
Minggu lalu majalah Cita Cinta menerbitkan edisi terakhirnya setelah 16 tahun berdiri sebagai salah satu majalah untuk wanita muda. Entah ini sudah perusahaan media cetak yang keberapa yang memutuskan untuk berhenti terbit secara fisik. Era digital telah mengubahnya. Sebelum era digital saja tak banyak orang yang mau berlangganan majalah. Karena mereka pikir sayang uangnya dan minimnya kesadaran untuk membaca. Bahkan saat Saya SMA pun dalam 1 kelas, hanya Saya yang berlangganan majalah. Teman-teman biasanya hanya pinjam sebentar untuk baca-baca setiap Saya beli majalah baru.
Saya besar bersama majalah. I'm magazineholic. Pertama kali Saya berlangganan majalah saat Saya berusia 10 tahun. Saat itu Saya berlangganan majalah Gadis. Masih ingat betul saat pulang sekolah dan melihat majalah sudah ada dikamar, Saya langsung senyum sumringah. Saya suka warna-warni covernya dan bau majalahnya. Pada waktu itu majalah Gadis yang paling eyecatching dilapak-lapak koran. Cukup lama Saya berlanganan majalah ini kira-kira sampai tahun 2005. Lalu berganti ke Seventeen. Tapi isinya terlalu 'tua' untuk anak SMA. Well... Akhirnya Saya menemukan majalah Go Girl! Saya sangat jatuh cinta dengan majalah ini! Isinya yang sangat western dan pop. Dan disaat itu fashion yang ditampilkan majalah Gogirl! menjadi kiblat anak-anak muda Indonesia. I feel and I see that. Saya berlangganan sampai tahun 2008. Karena waktu itu Saya sudah memasuki dunia kerja, Saya butuh bacaan yang lebih dewasa. Lalu langganan Cita Cinta. Kemudian berganti ke Chic (Oh, I love this magazine also!), terakhir ke Cosmopolitan. Tapi hari ini Saya lebih suka baca koran dan majalah Tempo. I need more chalenge untuk bahan bacaan Saya seiring bertambahnya usia. Saya mau pengetahuan Saya tak terbatas di fashion dan beauty.
Majalah telah berjasa membentuk Saya menjadi seseorang yang berkarakter. Saya tak hanya melihat bagian fashion atau gosip, tapi semua artikel Saya baca. Karena membaca majalah Saya belajar menyusun kalimat. Karena majalah juga pengetahuan Saya tak terbatas hanya seputar pelajaran sekolah dan kantor. Makanya Saya sedih kalo ada media cetak yang tutup.
Era digital ini memang memaksa kita untuk terus beradaptasi dengan perubahan jika ingin bertahan. Semakin banyak informasi yang bisa didapatkan secara gratis dan mudah menyebabkan penjualan media cetak ikut sepi. Para redaksi semakin dituntut untuk menciptakan konten yang menarik agar pelanggan tetap tertarik membeli produk mereka.
Dulu beberapa orang pernah mencibir, "Ngapain sih beli-beli majalah buang-buang uang!". Well... Tapi hari ini Saya tidak menyesal karena telah 'membuang' uang Saya untuk setumpuk kertas warna-warni itu. I already invest for myself to be a better person dengan berlangganan majalah.
Friday, March 18, 2016
Peran Komunitas Film Bagi Industri Perfilman
Kemarin malam Saya menghadiri acara presentasi 6 perwakilan komunitas film Indonesia yang diadakan di Galeri Indonesia Kaya. Saya mendengar cerita perwakilan komunitas suka duka mereka yang terus bersemangat menyebarkan gairah menonton film Indonesia. Mereka ini lah yang berjasa mempertemukan film dengan penontonnya sampai ke pelosok desa. Keterbatasan dana dan minimnya kesadaran menonton masyarakat tidak menurutkan semangat mereka, tapi justru memacu mereka untuk semakin berusaha keras memunculkan budaya menonton film.
Saya pribadi menyadari peran besar para komunitas ini setelah Saya membuat film pendek. Antusias mereka untuk memutar dan menonton berbagai macam film sangat besar. Mungkin hal ini yang tidak kita temukan pada karakter penonton film di bioskop komersil. Sebagai pembuat film tentu ini menjadikan suntikan energi. Syukurnya komunitas film di Indonesia terus bertambah.
Hal ini menjadi motivasi diadakannya Temu Komunitas Film Indonesia pada tanggal 25-27 Maret 2016 di Baturaden. Dimas Jayasrana sebagai pemprakarsa mempunyai program yang menurut Saya sangat visioner. Para anggota komunitas ini akan dibekali dengan ilmu filmmaking, tapi bukan hanya ditahap produksi, tapi juga sampai tahap distribusi. Karena hampir semua filmmaker muda sudah bisa menguasai teknis membuat film tapi belum banyak yang bisa mendistribusikan film. Saya amati pula selama ini anak-anak komunitas yang sebagian besar adalah generasi Z, mereka memang perlu diasah untuk managerial skill. Karena tanpa adanya managerial skill, industri film hanya akan dipenuhi oleh orang-orang yang hanya pandai secara teknis. Sedangkan untuk memajukan industri film di Indonesia, film harus dijadikan suatu investasi jadi tidak hanya dipandang sebagai karya seni.
Sayapun sudah cukup sering mengatakan kepada para pelaku industri yang lebih senior untuk melibatkan para komunitas film dalam kegiatan produksi film. Karena support komunitas sangat luar biasa. Tanpa mereka tidak akan ada yang menyebarkan semangat menonton film Indonesia. Jika kita perhatikan lagi, sebagian besar penikmat film Indonesia adalah anak-anak muda. Dan tugas para komunitas film tak hanya sekedar mengadakan pemutaran film tapi juga mengadakan diskusi film. Dengan adanya diskusi film tentunya akan menambah pengetahuan anak-anak muda itu tentang perfilman dan diharapkan mereka ini adalah generasi yang sudah memiliki kesadaran akan budaya nonton film.
Eksistensi komunitas film ini harus terus dipelihara agar para pelaku industri dan masyarakat bisa bersinergi untuk memajukan perfilman Indonesia.
Wednesday, March 16, 2016
3 Kafe Instagramgenic Di Jakarta
Peran social media sebagai salah satu marketing tools sangat membantu untuk perkembangan usaha. Menjadi admin social media bahkan sudah menjadi salah satu profesi yang cukup diminati. Walau kerjanyapun tak semudah me-maintain akun socmed pribadi. Tapi ada yang lebih penting dan harus dipikirkan, bagaimana menciptakan sebuah produk yang cukup seksi untuk diposting di social media. Era digital ini serba visualize. Gambar terbukti lebih diminati daripada teks. Because a picture will tell you a million story.
Seperti 3 kafe yang Saya review di post ini. Tempat yang didesain dengan konsep nge-pop dan artsy berhasil membuat orang penasaran mencoba makan di kafe tersebut. Karena efek social media, pengunjung datang, suka tempatnya, difoto lalu upload ke socmed. Dan akan menjadi nilai plus jika rasa menu yang ditawarkan memang sebanding dengan harganya. Berikut ini 3 kafe yang patut dicoba:
1. Historia Food and Bar
Historia Food and Bar terletak di Kota Tua. Saya juga baru tahu ada kafe selain Cafe Batavia di area ini. Jika habis keliling museum di Kota Tua, beristirahat di kafe ini bisa menjadi opsi. Suasananya cukup cozy. Waktu Saya kesana pertama kali yang Saya pesan adalah kopi hitam dan tempe mendoan. Karena waktu itu lelah habis keliling Kota Tua dengan teman dan sudah memasuki jam makan malam, Saya memesan mie Jawa. Untuk rasanya standard. Tapi desain tempatnya sangat menggoda untuk difoto. Sayapun kegirangan pas baru masuk tempat ini dan takjub dengan desainnya. Mungkin karena setelah beberapa jam mata ini melihat yang vintage-vintage kali yaaaa. 😁. Range harga menu disini adalah 35.000 - 70.000.
2. Lot 9 Bintaro
Lot 9 Bintaro is one of my favorite place in this town! Sayang sekali tempat ini agak jauh dari tempat tinggal Saya. Lot 9 Bintaro ada di sebelah MCD sektor 9. Pelatarannya luas dan rindang. Segala sisi tempat ini sangat instagramgenic! I still remember I almost spend 40minutes just for capture wholesome space. Lot 9 didominasi warna kuning which is yellow is so fuckin good on the screen 😂😂. Makanannya pun enak-enak.
Waktu kesana Saya hanya pesan kopi Aceh karena belum merasa lapar. Teman Saya makan ayam cabe hijau. Karena isi ayamnya ada sekitar 3 potong, Saya ikut mencicipi. Rasa ayamnya pas, daging bagian dalam tidak basah seperti ayam goreng kebanyakan. Di Lot 9 ada beberapa menu minuman yang diberi nama judul-judul film Indonesia. Diantaranya Pasir Berbisik dan Janji Joni. Tempat ini cocok banget buat hang out. Pilihan snacknya pun beragam mulai daru roti bakar sampai martabak manis. Harganya sangat murah untuk rasa yang enak-enak itu, sekitar 25 ribu - 70 ribu.
3. Dia.Lo.Gue Kemang
Dia.Lo.Gue adalah artspace dan kafe. Tempat ini ada 4 bagian. Bagian paling depan adalah artshop. Barang-barang yang dijual lucu-lucu dan unik-unik. Barang yang dijual ini hasil karya dari para seniman lokal. Bagian ke 2 adalah artspace. Dibagian ini sering diadakan pameran para seniman-seniman. Bagian ke 3 dan ke 4 adalah kafe. Kafe ini dibagi menjadi 2 bagian, untuk non-smooking room dan smooking room. Dia.Lo.Gue adalah salah satu tempat favorite Saya di Kemang setelah Anatolia dan Fez. Walau dekat dengan tempat tinggal, jujur Saya kurang suka makan di Kemang karena harganya yang terlalu mahal untuk rasa yang standard. Dengan harga segitu mending Saya pergi ke daerah pusat dengan jaminan rasa lebih enak.
Dibandingkan 2 kafe sebelumnya, Dia.Lo.Gue ini konsepnya lebih earthy dan minimalis. Saya suka kesini untuk menulis atau sekedar duduk santai minum kopi. Karena bangku dan mejanya berbentuk kotak dan terbuat dari kayu. Pas aja buat main laptop. 😁. Main menu favorite Saya adalah Big Breakfast dan Grilled Chicken Pesto. Sounds so western yah 😉. Kalau mau sekedar me time, bisa coba Carrot Cake. Harga menu sekitar 25.000-70.000. Harganya sepadan kok dengan rasa makanannya 😉.
Jadi ayo para pemilik bisnis food and beverages, bikin desain tempatnya yang instagramgenic supaya bisa lebih cepat dipromosikan oleh para instagrammers. Jangan lupa rasanya diperhatikan. Kalo rasa ga enak, kita paling cuma datang sekai buat foto-foto, abis itu selesai.
Tuesday, March 15, 2016
Wardah Matte Lipstick
Ternyata postingan review Wardah Exclusive Lipstick viewersnya lumayan juga di blog ini. Mungkin ini karena fashion and beauty industry lagi menggeliat pesat. Terbukti dari beberapa beauty blogger yang terlihat semakin makmur *uhuk. Tinggal tunggu aja nih ada yang mau bikin film about fashion and beauty. Treatmentnya ala-ala film Sofia Coppola, warni warni seperti Marie Antoinette dan fashionable ala The Bling Ring (Hai, ini kode lho 😝). Kan kalo yang bertema hijab udah banyak banget yaa tahun lalu.
Ok kembali ke lipstick. Saya kan kalau beli sesuatu pasti nunggu habis dulu. Nah, waktu lipstick Wardah Exclusive Golden Coral Saya sudah mulai rata dan kalau mau pakai harus pake kuas, Saya segera ke konter Wardah. Kali ini pengen nyoba lipstick matte karena lagi hits. Tapi ga mau yang bikin bibir kering kayak merk 3 huruf itu. Sempat bingung karena you know kan lipstick Wardah itu warnanya lucu-lucu banget dan hampir semuanya cocok di skin tone Saya. Saya tanya sama Mbak-Mbak Wardah, warna yang mirip Golden Coral yang mana? Akhirnya dikasih Wardah Matte Lipstick Summer Pink.
Tapi si Summer pink ini warnanya lebih muda dari Golden Coral. Kalau Saya pakai jadi terlalu soft. Tapi Saya suka, tapi Saya bingung. Gimana dong? Emang sih si Mbak-Mbak Wardah ini bilang kalo Matte collection lebih bagus kalo dicampur sama warna lain. Saya coba timpa Summer Pink ini dengan Golden coral yang Saya bawa. Dan hasilnya emang lebih oke kalo dicampur! Akhirnya Saya beli deh si Summer Pink ini seharga < Rp 40.000,- (lupa harga persisnya).
Wardah Matte Summer Pink ini walau jenisnya matte, tapi masih ada rasa moist gitu dibibir. Jadi enak, bibir ga kayak kanebo kering. Dan ternyata makin kesini Saya makin suka Summer Pink ini dipakai tanpa campuran warna lain.
Hasilnya ya lembut banget buat hari-hari. Kalo buat acara malam, kadang Saya suka campur sama MAC yang Cremesheen Lickable (fuschia pink) atau yang Cremesheen Brave Red. Yesss lipstick maratus rebu dicampur sama lipstick mapuluh rebu :)))).
Wardah Matte lipstick ini lumayan awet, walau habis makan, masih ada sisa warna yang nempel dan ga perlu buru-buru touch up. Okelah untuk lipstick seharga dibawah 50 ribu.
Btw, Wardah ni royal banget lho kalo kasih sponsor. Coba lihat, film apa yang ga ada sponsor Wardahnya? Mungkin sesuai prinsipnya yang muslimah kali yaa, jadi harus saling tolong menolong. 😁. Makanya Wardah juga kelihatannya jadi lebih pesat perkembangan usahanya.
Semoga kalau pihak Wardah baca review ini, mereka mau kasih Saya kontrak sponsor buat 3 film (ini serius do'a lho 😝).
5 Bioskop Alternatif Seru Di Jakarta
Foto Kineforum waktu pemutaran Another Trip To The Moon
Saat ini sudah ada banyak sekali ruang sinema untuk menonton film-film anti mainstream. Kesempatan yang semakin mudah dijangkau untuk bisa menikmati beragam film mulai dari art house, film yang tidak tayang dibioskop komersil sampai film yang ditayangkan ulang. Ruang sinema alternatif ini juga bisa dijadikan ajang diskusi antara pembuat film dan penikmat filmnya. Karena ruang yang tidak terlalu besar akan menimbulkan kesan lebih akrab. Berkat bioskop alternatif ini industri film di Indonesia semakin dinamis karena didalamnya ada penikmat dan pendukung perfilman Indonesia. Di Jakarta ada banyak sekali bioskop alternatif yang program filmnya seru-seru. Berikut 5 diantaranya.
1. Kineforum
Kineforum adalah bioskop alternatif favorit Saya. Ruangnya seperti mini theater of 21 group. Ya, Kineforum adalah hibah dari 21 group untuk komunitas perfilman Indonesia. Bioskop alternatif yang terletak di TIM ini memiliki kapasitas 40 kursi. Kenyamanan dan kualitasnya sama seperti di bioskop komersil.
2. Galeri Indonesia Kaya
Galeri Indonesia Kaya adalah ruang conference hibah dari Djarum Foundation. GIK terletak di West Mall lantai 8 Grand Indonesia dan berkapasitas 100 orang. Selain untuk pemutaran film, ruang ini juga sering dipakai untuk pertunjukan seni atau ruang diskusi. GIK memiliki screen dan sound system yang cukup bagus. Untuk tempat duduknya dibuat melingkar dan berundak seperti ruang pementasan teater.
3. At America
At America terletak di lantai 3 Pacific Place. Tapi untuk masuk kesini kita harus melalui pemeriksaan yang ketat. Mirip GIK, hanya saja At America didominasi warna hijau. Disini sering diadakan diskusi, workshop, music performance dan pemutaran film. Diluar ruang conference ada beberapa tempat duduk yang bisa dipakai untuk baca buku atau browsing. At America adalah pusat informasi tentang Amerika.
4. Paviliun 28
Paviliun 28 terletak di jalan Petogogan, Jakarta Selatan. Biasa anak tongkrongan menyebutnya Pav 28. Pav 28 adalah kafe berkonsep culinary cinema. Pav 28 bersebrangan dengan kafe Suwe Ora Jamu yang terkenal dengan minuman jamunya. Di Pav 28 kita juga bisa minum jamu kok. Screening room di Pav 28 tidak terlalu besar. Kapasitasnya cukup untuk 30 orang. Tapi sayang sekali kualitas sound systemnya kurang bagus. Paviliun 28 adalah salah satu ruang sinema alternatif yang memiliki banyak program. Salah satunya adalah Sinema Rabu dan Inafed (Indonesian Film Editor) juga rutin bikin screening disini.
5. Kinosaurus
Kinosaurus terletak di belakang Aksara Kemang. Kinosaurus baru beroperasi akhir tahun 2015. Untuk screening roomnya sendiri tidak besar. Karena space ini dibagi juga untuk kedai kopi Ruang Seduh dan Ganara Art Space. Program-program film di Kinosaurus sangat beragam. Dan biasanya pemutaran film diadakan diatas jam 5 sore. Disiang atau sore hari, tempat ini sering diadakan untuk diskusi.
Selain itu, ada beberapa Kedutaan besar di Jakarta yang juga rutin mengadakan pemutaran film di screening room mereka. IFI Jakarta memiliki screening room terbaik saat ini. Tempat duduk yang sangat nyaman, kualitas audio visualnya juga sangat bagus. Di Goethe Institute juga rutin mengadakan pemutaran film yang kebanyakan film Jerman.
Itulah beberapa tempat seru untuk nonton film. Enaknya nonton film di bioskop alternatif adalah kita bisa bertemu dengan para pecinta film dan ngobrol seru bareng mereka. Dan di bioskop alternatif kita bisa bertemu langsung dengan para filmmaker jika ada program diskusi setelah pemutaran film. Dengan menonton film yang beragam, kita bisa mempelajari banyak hal karena film adalah salah satu sarana pembelajaran.
Monday, March 14, 2016
How to Make Your First Short Film
Selamat hari Senin! Ayo ayo semangat jangan misuh-misuh. Si Senin ga pernah salah, situ aja kali yang kurang happy . Sabtu minggu lalu Saya hadir di acara Viddsee Juree Indonesia 2016 walau film Saya "Surprised" hanya sampai di Out of Competition, Saya senang karena film Saya terpilih menjadi salah satu 60 the best short film. Acara awarding night dan kumpul-kumpul diselengarakan di IFI Jakarta. Sayang Saya tidak bisa mengikuti sampai acara selesai.
Nah, tiba-tiba Saya dihampiri oleh seorang cowok (Saya lupa namanya ). Dia salah satu penikmat film-film Indonesia. Dia pengen banget bisa bikin film. Dia tanya dulu proses pembuatan film "Surprised" seperti apa. Jadi sekalian aja Saya jabarkan disini supaya bisa belajar sama-sama. Oke sip
1. Get an idea
Ide bisa darimana aja. Biar lebih gampang dan lebih ada 'rasa' , pilih dari kejadian yang dekat dengan hidup kita. Misalnya kamu punya teman yang ngocolnya minta ampun, dimana ada dia, pasti bawaannya pengen ketawa sampe rahang pegel dan. Nah kamu bisa bikin cerita tentang dia. Bisa karakter utamanya dia atau ambil dari becandaan dia yang paling menarik menurut kamu.
2. Write it down
Tulis ide yang sudah ada kedalam script. Bagi yang belum tau format script film kayak apa, bisa lihat di www.script-o-rama.com . Kalo kamu ga bisa nulis, hire penulis. Bisa teman, saudara, atau mantan (yekali).
3. Make a plan proposal
Ini harus banget. Karena ini dasar kamu film kamu mau dibuat seperti apa, mau didistribusikan kemana saja dan berapa budget yang diperlukan.
4. Hire a team
Kamu sudah punya script dan proposal, saatnya kamu hire team. Mulai dari sutradara, art dept, camera dept, runner, location manager, talent dept. Idealnya untuk film pendek sekitar 20 orang.
5. Developt everythings
Setelah meeting dengan team, segera developt film kamu. Proses developt ini adalah dasar sebelum film kamu masuk ke tahap pra produksi. You have to developt creativity dan plan. Biasanya diproses ini budget yang diperlukan sudah kelihatan dan team juga sudah punya konsep kreatif. Kita sudah bisa ambil langkah selanjutnya bagaimana untuk memenuhi kebutuhan produksi agar filmnya jadi.
Itulah 5 steps pertama. Lalu bagaimana dapat uangnya? Ini pasti pertanyaan setiap orang yaaa . Dulu Saya sih pakai uang sendiri. Ada sumbangan sedikit dari Hamba Allah. Kamu bisa patungan sama teman-teman atau meminta seseorang yang mau menyumbangkan uangnya dan catat dia sebagai executive producer. Perlu diingat, film pendek adalah portofolio, kamu belum bisa mengharapkan uang balik. Kecuali kalau film kamu dapat festival atau rutin diikutkan screening berbayar.
Kamu juga bisa meminta bantuan sponsor untuk alat-alat syuting atau post. Ini lumayan banget lho. Kalau Saya waktu itu ga mau ribet. Dan syukurnya cukup.
Intinya kalau mau bikin film, just go ahead. Jangan kebanyakan mikir. Yakin aja filmnya pasti jadi dan segala kesulitan akan teratasi. Saya dulu hanya punya budget 10 juta dari total produksi yang sekitar 25 juta. Syukurnya begitu banyak keajaiban terjadi, dalam waktu satu bulan Saya bisa menutupi kekurangannnya. Dan kalau memungkinkan, syuting dengan alat-alat profesional. Hasilnya akan worth kok. Kualitas film kamu juga jadi lebih bagus.
Dan tugas kita ga hanya selesai saat filmnya jadi. Film itu harus dipertemukan oleh penontonnya. Terserah kamu mau upload di youtube atau vimeo. Saran Saya sih silahkan upload ke Viddsee , Kineria , Id Film Center , atau Button Ijo . Kalau mau lebih naik kelas ya bisa didaftarkan ke festival film. Bisa juga dengan bikin screening. Sekarang kan sudah banyak screening room yang jadi tongkrongan orang-orang pecinta film.
Dibawah ini Saya buat gambar step-by-step nya.
So, just write it, plan it, and go ahead. Impossible is nothing. Be ready for next opportunity. Dan kalau sudah masuk industri film, you have to have thick skin and an elastic heart. Good luck!
*design by me
Posted via Blogaway
Tuesday, March 8, 2016
Be Energetic, Please!
Suatu Jum'at sore Saya menerima sebuah pesan whatsapp dari tetangga di kostan. Saya turun menuju kamarnya. Saya tanya, "Kok nggak kerja? Lagi izin?". Ternyata dia bukan sakit atau ada keperluan. Tapi menghindari presentasi dengan bossnya. Dia belum menyiapkan apapun dan sore itu dia dipaksa segera mengirim konsep presentasi. Saya tersenyum kecut dalam hati. Ini orang kok males yaaa?
Tetangga Saya itu menjabat sebagai Account Manager. Kantornya sedang membuat konsep product launching. Dia minta tolong Saya untuk dibuatkan presentasi dan KONSEP. Wow!! Saya langsung bilang, " It won't be cheap... Karena gue juga harus mikirin konsep acaranya seperti apa". Dan jawaban dia, "Ya udah deh gapapa. Tapi bayarnya pas gue gajian ya". Asumsi Saya harga yang Saya minta itu bisa setengah gajinya. Tanpa pikir panjang langsung Saya kerjakan dikamar dia. Saya hanya minta koneksi internet.
Sambil kerja Saya tanya kenapa ga kerjain dikantor aja, kan team udah ada, fasilitas pasti lebih memadai. Jawabannya menurut Saya sangat tidak menunjukkan profesionalitas dia sebagai Account Manager. Oh My God, kenapa masih ada orang malas diera globalisasi ini? Apa dia ga mikir banyak orang yang sulit dapat job diluar sana sedangkan dia tidak menggunakan kesempatan yang sudah ada. Dia tidak mau menerima tantangan dari bossnya. Dia terlalu malas. Coba kalo dia mau berusaha, dia ga perlu kehilangan setengah gajinya untuk bayar Saya.
Diera globalisasi ini kita dituntut untuk terus mengasah skill. Oleh sebab itu jika ada waktu luang, gunakan untuk meng-upgrade kualitas diri. Banyak baca, ikut workshop, bergaul dengan orang-orang yang bersinergi. Buang jauh-jauh kata malas. Malas akan membawa kita ke situasi yang terpuruk. Waktu berganti begitu cepat dan manusia dituntut agar semakin dinamis. Nilai akademik bagus jika tidak dibarengi dengan kreativitas, integritas dan dedikasi hasilnya akan sia-sia. Coba saja lihat, siapa yang karirnya lebih bagus, orang yang sekedar pintar atau orang yang biasa-biasa saja tapi rajin?
Mungkin kita terlalu lama didoktrin bahwa nilai akademik akan menjamin masa depan. Tapi saat kita terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya, jangan heran jika melihat orang-orang yang memiliki kecerdasan emosional yang bisa bertahan. Welcome to the jungle.
Setelah selesai membantu tetangga Saya itu, dalam hati berkata , "Sering-sering aja deh malesnya. Lumayan kan dapet duit banyak" :D
Tuesday, March 1, 2016
Morning Routine
Hello, This is first day on March 2016. Time flies.... Pasti banyak juga yang deg-deggan targetnya belum tercapai di 3 bulan pertama 2016 ini. Atau banyak juga yang sangat bersemangat karena targetnya hampir tercapai. Apapun itu, jalani hari dengan bahagia dan penuh syukur. Karena tercapainya mimpi itu perlu proses.
Beberapa waktu lalu Saya sempat baca sebuah artikel tentang bagaimana orang-orang sukses mengisi waktu di pagi hari tujuannya agar mereka lebih fokus menghadapi hari. Ya, they have morning routine.
Mungkin kita lebih familiar sama Morning Routine para beauty blogger yang ada di youtube. Kelihatannya seru sekali yaa.... Kita yang nonton ikut terbawa happy. Saya juga sempat pengen bikin video serupa. Tapi apa yang mau Saya tunjukkan? Wong kamar cuma sepetak. Beauty product pun ga banyak dan ga fancy. Jadi Saya mau bikin tulisan aja soal morning routine Saya.
1. Minum Air Putih 2 Gelas
Ini adalah hal yang paling pertama Saya lakukan. Dan kebiasaan ini sudah dilakukan sejak kecil. Ya sekitar umur 9 tahunan.
2. Solat atau Meditasi
Saya tidak memandang solat sebagai kewajiban. Tapi solat adalah waktu untuk menenangkan pikiran, waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan waktu untuk mengucap syukur. Sensasi air wudhu juga bikin wajah dan badan segar.
3. Internet Time!!
Biasanya Saya lakukan sambil minum kopi hitam panas. Cek email, main socmed, dan terakhir baca-baca artikel yang ada di Google Newspaper Stand. Diwaktu ini biasanya Saya banyak dapat inspirasi. Biasanya Saya tulis di jurnal.
4. Bersih-Bersih
Setelah segelas kopi pindah ke perut, Saya berhenti bermain internet. Aktivitas selanjutnya bersih-bersih. Entah itu cuci baju atau membersihkan kamar. Pokoknya tempat tinggal Saya harus rapi dan bersih.
5. Start the Day
Setelah mandi, Saya langsung kerja. Waktu masih kerja di kantor ya Saya berangkat ke kantor. Kalau sekarang ya ngerjain kerjaan yang ada. Kadang nulis blog, bikin konsep atau follow up untuk jadwal meeting.
Saya memang terbiasa ter-organize. Jadi dalam sehari bisa melakukan banyak hal. So, itulah morning routine Saya. ;)
Design by me